![]() |
Love. Sumber: thepeachersword |
Artis Julia Perez (Jupe) memang sesuatu. Sampai-sampai aku mau merepotkan diri untuk menulis pendapatku tentangnya. Semalam, dalam acara penganugerahan Piala Citra FFI 2013 di SCTV, Jupe tampil jauh lebih sopan dengan kebaya yang cantik dibandingkan ketika ia melakukan lamaran dan Tuan G dan saat siraman. Berita yang beredar adalah dia akan melakukan pernikahan dengan si tuan tampan di negara lain, karena mereka akan menikah beda agama. Trus, resepsinya akan dilakukan di 7 negara.
Wah, Jupe
emang cetar membahana! Trus apa hubungannya denganku dan hidupku sampai mau
repot-repot aku menulisnya? Baiklah, sebelum aku melanjutkan tulisanku tentang
Jupe, aku akan mengisahkan dua kisah cinta yang dialami dua sahabat.
SI TUAN TAMPAN DAN DUA SAHABAT
Seumur hidupku, aku belum pernah
mendengar dua orang yang bersahabat memiliki pengalaman yang sama soal cinta.
Bukan sekedar sedikit kemiripan pada kisahnya, tetapi juga bagaimana kedua
sahabat itu mengakhiri kisah masing-masing dengan pilihan serupa. Padahal,
keduanya tak saling menceritakan kisah satu sama lain. Mereka hanya tertawa
saat saling bercerita tentang kisah yang sudah mereka museumkan, seakan-akan
kisah hidup mereka memang sengaja diserupakan oleh Tuhan. Tetapi, ya, bisa saja
Tuhan sengaja melakukan itu untuk menjaga persahabatan mereka hingga
akhir.
Sebut saja kedua sahabat itu
Purnama dan Mentari. Keduanya sedang menyelesaikan sekolah Master saat angin
cinta menghampiri mereka. Tak sengaja Purnama bertemu lelaki bermata biru di
sebuah kota wisata, saat ia dan teman-temannya sedang hangout.
Sebut saja lelaki itu dengan Jimmy. Ia akan segera kembali ke London dan
tiba-tiba meminta tolong kepada Purnama untuk memilih selusin gelang kayu untuk
teman-temannya. Dengan senang hati Purnama memilih selusin gelang sesuai dengan
kesukaannya, berharap ia telah memberi kontribusi pada pariwisata dan Jimmy
mengenal bangsanya sebagai manusia-manusia ramah dan baik hati. Lalu ia pamit
pada Jimmy dan pergi bersama teman-temannya. Eh, tahu-tahu Jimmy mengejarnya
dan memberikan gelang berinisial namanya pada Purnama. Mereka juga bertukar
alamat email.
Lalu Jimmy dan Purnama menjalin
komunikasi dan persahabatan melalui email. Mereka saling bertukar cerita
tentang hidup mereka masing-masing. Setelah satu tahun menjalani komunikasi
itu, Jimmy kembali ke kota itu hanya untuk menemui Purnama. Perempuan itu pun
tahu bahwa Jimmy menyukainya dan hendak serius dengannya. Jimmy sedang mencari
calon istri setelah putus dari tunangannya yang selingkuh. Usianya 32 ketika
itu. Bagaimana Purnama bisa percaya pada orang asing? Sedangkan bagi Purnama,
harapan itu tumbuh sedikit demi sedikit. Bahwa kini ada si tampan yang
mencintainya, setelah ia setahun lamanya terpuruk karena patah hati. Ia pun
telah didesak menikah oleh orangtuanya. Maka ia mencoba percaya pada Jimmy dan percaya
bahwa ia bisa saja menjalani sisa hidupnya bersama lelaki asing itu.
Selama tiga bulan lamanya Purnama
pun menguji Jimmy. Jimmy harus masuk Islam, harus membelikannya rumah di
Indonesia dan harus pindah dan menetap di Indonesia. Purnama mencoba menguji
Jimmy untuk membelikannya rumah seharga Rp. 4,5 milyar, dan Jimmy setuju.Ia
juga setuju untuk masuk Islam dan meminta Purnama mengajarinya bagaimana
menjadi Muslim. Saat itu, melihat kesungguhan Jimmy, benih-benih cinta terbit
di hati Purnama. Ia berharap bahwa Jimmy akan menjadi pengobat hatinya yang
terluka dan memberi kebahagiaan pada kedua orangtuanya yang mengharapkannya
segera menikah. Memangnya perempuan mana yang tak bahagia saat ia bertemu
dengan lelaki yang mencintainya dan berniat menikahinya, disaat dunia sosial
seringkali mencemooh bahwa perempuan terpelajar kerap berakhir sebagai perawan
tua yang kesepian?
Purnama bicara dengan ibunya dan
salah seorang bibinya. Mereka senang dan berharap bahwa Jimmy akan berjodoh
dengan Purnama. Sialnya, ketika Purnama bicara pada ayahnya dan meminta restu,
ayahnya marah besar. Ia tak sudi anaknya menikah dengan lelaki Kristen meski
Purnama sudah menjelaskan bahwa Jimmy sedang mempalajari Islam dan akan
menikahinya sebagai Mualaf. Tetapi ayahnya yang keras kepala tak bergeming.
Maka Purnama pun marah. Bahwa selama ini ia telah berusaha untuk menikah,
tetapi siapa yang bisa memaksakan jodoh? Dan ketika Jimmy datang dan berniat
baik, ayahnya malah berprasangka buruk. Ia kesal karena ayahnya tidak membuka pikiran.
Ia kesal karena ayahnya masih menganggap orang asing tak lebih baik dari
saudara sebangsanya.
Maka ia memilih taat kepada
ayahnya. Diabaikannya Jimmy yang menghubunginya berkali-kali. Ia tak bisa
berkata-kata lagi. Hatinya remuk redam. Ia bahkan tak makan-minum dan mandi
selama sehari semalam. Ia hanya menangis sampai air matanya kering. Ia tak ingin
menyakiti hati Jimmy bahwa keluarganya menolaknya karena ia seorang asing dan
Kristen. Ia sama sekali tak bisa mengubah keputusan ayahnya. Maka ia memilih
melepaskan Jimmy dan hanya akan menikah dengan lelaki yang direstui
ayahnya.
Saat Purnama sedang terpuruk
dengan kisah cintanya yang tak dapat diraih, Mentari memulai kisahnya sendiri.
Saat itu ia sama sekali tak tahu kisah Purnama. Mereka hanya bertemu saat
Mentari berkunjung ke kota dimana Purnama sekolah. Mentari tidak percaya cinta.
Seumur hidupnya ia percaya bahwa cinta itu omong kosong dan kepura-puraan.
Pertama kali cinta merenggut kepercayaannnya saat orangtuanya bercerai saat ia
masih sangat kecil. Ia begitu benci pengkhianatan yang dilakukan orangtuanya
atas dirinya. Maka, saat ia tumbuh, saat berkali-kali ia merasa jatuh hati pada
beberapa pemuda baik-baik, ia tetap menyangkal perasaannya sendiri. Ia
meragukan semua hal tentang cinta. Hingga ia membiarkan semua pemuda itu pergi
dan menikah dengan pasangan mereka masing-masing. Ia bahkan tak menangis, saat
seorang pemuda yang ia cintai selama tujuh tahun lamanya menikah dengan
perempuan lain. Hatinya begitu dingin. Ia menganggap semua itu memang
harus terjadi, dan memang mereka semua bukan takdirnya.
Tetapi, pada suatu hari. Ia
bertemu seorang asing. Lelaki baik hati yang begitu lembut, sebut saja Noah. Ia
merasa tersentuh. Lelaki asing itu juga teramat sopan. Ia mulai percaya cinta.
Meski ia masih tak percaya bahwa ada lelaki seperti dia di dunia. Tak butuh
waktu lama untuk keduanya berbagi cerita. Dan masing-masing merasa ada sesuatu
yang membuat keduanya terpaut satu sama lain. Di depan teman-temannya lelaki
itu mengatakan ingin menikah dengannya, dan akan datang ke rumah keluarga
Mentari jika Mentari memang menerimanya. Apakah itu sebuah lamaran didepan
publik dan cinta bukan lagi rahasia? Noah bahkan siap berpindah kewarganegaraan
dan tinggal di kota yang sangat Mentari cintai. Tetapi, ia tak mau pindah
agama. Disinilah semua menjadi percikan yang tak terhindarkan. Mentari
menyadari bahwa kali ini cinta telah memperdaya dia dengan cara yang lain.
Mengapa harus bertemu dengan lelaki itu? Mengapa Tuhan mengujinya dengan begitu
berat? Apa yang Tuhan mau atas hidupnya yang telah kacau balau sejak
awal?
Cinta tak akan mengubah apapun,
cinta bahkan tak akan mengubah kehendak Tuhan. Begitu ia mengatakan kepada
Noah. Mentari tak akan menerima Noah jika lelaki itu tak mau menjadi Muslim.
Dan Noah bersikeras tak akan berpindah agama dan tak bisa berhenti memuja
Yesus. Mentari menertawakan dirinya sendiri. Seharusnya ia tak
menggubris semua perasaan itu sejak awal. Memangnya siapa yang bisa mengubah
keyakinan seseorang dalam hitungan hari? Maka mereka berdua bertangis-tangisan.
Baik Noah maupun Mentari merasa berat atas kehendak Tuhan yang mempertemukan
mereka, menjalin cinta dalam hati mereka masing-masing, namun memisahkan mereka
atas nama keyakinan. Selama setahun kemudian setelah mereka berpisah, hidup
Mentari menjadi berantakan. Studinya berantakan, pekerjaannya berantakan dan
pola makannya berantakan. Ia menjadi sangat sakit selama setahun itu. Ia
seperti mendadak lumpuh dan tak bisa melakukan apapun dengan benar. Cinta dan
Tuhan telah mengambil semangat hidupnya.
Ia dan Noah tetap berusaha
menjalin komunikasi. Sebagai apa? Apa mungkin dua orang yang saling mencintai
dan berkeinginan hidup bersama bisa menjadi sahabat, seakan-akan dalam hati
mereka tak pernah terjadi apa-apa? Ternyata, Mentari baru tahu bahwa ketika
mereka bertemu Noah sudah memiliki tunangan, dan ia memutuskan tunangannya tak
lama setelah Ia dan Mentari bertemu. Cintakah yang dilakukan Noah untuk
Mentari? Cintakah yang membuatnya melakukan semua itu? Dan selama setahun baik
Noah maupun Mentari sama-sama mengerem perasaan masing-masing. Noah tak jadi
menikah dan Mentari tak mengizinkan pemuda manapun masuk kedalam hatinya. Ia
masih berharap ada jalan lain. Tetapi, mungkin Tuhan memang hanya bermaksud
menguji iman keduanya. Tak ada yang bisa dilakukan lagi. Tetapi hidup keduanya
sudah berubah. Keduanya hanya bisa berharap belas kasih Tuhan dan memilih iman
masing-masing meski keduanya menangis telah lebih dari satu tahun.
Saat Purnama dan Mentari akhirnya
menceritakan kisah masing-masing, mereka tertawa-tawa saja. Mereka kini percaya
bahwa Tuhan tak akan meninggalkan mereka. Dan tentu saja Tuhan tak akan
membiarkan mereka jadi cemoohan publik karena berakhir menjadi perawan tua
gara-gara berambisi meraih pendidikan tinggi dan terlambat menikah. Keduanya
percaya, bahwa takdir mereka masing-masing sudah dekat. Keduanya masih berusaha
menyembuhkan hati mereka dan percaya bahwa cinta bisa jadi ujian iman yang
sulit untuk ditaklukkan. Memang tidak mudah melepaskan lelaki tampan, baik
hati, terpelajar, sopan, sangat dicintai dan sangat potensial menjadi teman
hidup. Tapi apa semuanya sebanding dengan keimanan kepada Tuhan?
KISAH CINTA JULIA PEREZ
Kisah cinta semacam Jupe bukanlah
satu-satunya kisah mendebarkan dan sering mengundang banyak pertanyaan tentang
cinta beda agama. Cinta dalam bentuk ini telah banyak dibicarakan, bahkan
difilmkan. Aku juga beberapa kali menjumpai pasangan beda agama yang telah
berumah tangga dan memiliki keturunan. Tetapi dalam kasus Jupe, menjadi semacam
alarm kehati-hatian tersendiri. Bagaimana tidak, artis nyentrik itu menjadikan
acara tunangannya sebagai sebuah program siaran langsung di sebuah stasiun
televisi swasta. Apakah kemudian pilihan menikah beda agama akan menjadi trend di
negara ini?
Memang benar, bahwa dengan cara
apapun menikah adalah urusan mereka yang hendak melaksanakannya. Akan tetapi,
jika demikian adanya bagaimana hukum dalam sebuah agama dipatuhi dan
dijalankan? Ini bukan soal campur aduk pelaksanaan hukum agama dalam sebuah
pernikahan beda agama, yang kemudian bisa menimbulkan praktek sinkrestisme,
melainkan bagaimana agama dan iman menjadi komoditas cinta pasangan yang
menikah. Dalam banyak kasus, berpindah agama menjadi pilihan yang jauh lebih
realistis dan masuk masuk ketimbang menikah beda agama.
![]() |
Menikah. Sumber: sidegossip.com |
Namun, bukan berarti
hal itu dibenarkan. Penganut agama apapun pasti paham bahwa yang menjadi
masalah dalam pernikahan beda agama bukan saja soal bagaimana keluarga diatur
dalam dua hukum agama, melainkan bagaimana soal mendidik anak-anak yang
dilahirkan dalam dua hukum tersebut. Misalnya, dalam Islam dinyatakan bahwa
saat sang bayi diahirkan, harus segera diperdengarkan adzan ditelinga kanannya
dan Iqamah di telinga kirinya, kemudian aqiqah saat ia diberi nama. Sedangkan
dalam Kristen misalnya ada aturan tersendiri. Nah, kalau orangtuanya beda agama
kan ribet juga. Dan seterusnya dan seterusnya.
Jupe dan realitas pernikahan beda
agama di Indonesia memang semakin mengejutkan. Mungkin saja memang ada nilai
yang sedang bergeser dalam masyarakat bangsa ini. Bisa jadi kisah-kisah semacam
ini merupakan satu dari ratusan kisah tersembunyi dan tak berani diceritakan
secara gamblang oleh pelakunya. Kita atau siapa pun itu tak seharusnya saling
menghakimi, sebab selalu saja tersimpan hikmah dibaliknya kisah-kisah yang
demikian. Kita juga tak pernah tahu apa yang Tuhan rencanakan untuk menguji
iman kita. Kita tak selayaknya mempermasalahkan iman seseorang, melainkan
menjadikan realitas yang kita temui sebagai pelajaran berharga dalam proses
meneguhkan iman didalam diri.
Bandar
Lampung, 30 Maret 2016
No comments:
Post a Comment