![]() |
Pemilik restoran dan pelanggannya yang setia. Sumber: hancinema.net |
Kali ini aku mau
cerita tentang malam. Aku penyuka malam dan semua keheningannya yang
memabukkan. Yang paling jelas dalam ingatan adalah aku mulai menyukai malam
dengan membaca majalah saat SMP. Maklum, jaman itu majalah kan pinjam sana
sini. Pas SMA tambah gila lagi, begadang nyambi ngemil keripik. Setiap pulang
sekolah aku nyaris selalu mampir ke warung tempatku biasa membeli keripik
singkong dan ubi. Setoples habis buat semalam, kriuk kriuk kriuk sambil baca
majalah atau nulis apa gitu di buku harian. Keripik habis baru tidur.
Kadang-kadang begadang sampai jam 2 malam cuma buat nonton film-film laga Jackie
Chan, Jet Li, Jerry Yan dan gerombolan-nya.
Menjelang kuliah, aku sering
tiba-tiba bangun jam 3 malam. Ya udah, aku duduk memandangi rembulan dari pintu
dapur sambil menikmati kecipak ikan di kolam. Juga menikmati perbukitan hitam
yang rebah di barat. Kadang-kadang suka iseng ke luar, berdiri di halaman tanpa
menggunakan alas kaki, merasakan tanah yang dingin, memperhatikan dan
mendengarkan sekeliling, melihat langit yang punya banyak bintang. Sungguh,
malam adalah keheningan yang memabukkan. Baunya sedap, meresap sampai ke jiwa.
Ada cerita lain tentang malam. Seorang lelaki usia 40an membuka restoran hanya dari pukul 12 malam sampai pukul 7 pagi. Restorannya kecil saja, berlokasi di sebuah gang kecil di tengah kota Seoul. Sepertinya dia sengaja ingin menciptakan kesenangan dengan memberi makan para pecinta malam yang kelaparan. Ia punya cukup banyak, sekitar belasan pelanggan tetap. Mereka berasal dari profesi yang beragam dan punya alasan beragam mengapa suka makan dan mengobrol lama di restoran itu. Ada bos preman, gadis bar, pembuat komik, karyawan online shop, anak sma, dokter, petinju, pengamen, sutradara film porno, pesulap, tukang kunci, penyanyi, pemilik bengkel alat musik, dan dokter gigi.
Restoran kecil itu bernama "Late Night Restaurant" pemilik sekaligus kokinya memasak makanan apa saja yang diminta pelanggannya, jika bumbu-bumbunya ada. Tak ada daftar menu disana. Jadi, selalu ada kejutan bagi setiap pelanggan tetap jika ada pelanggan baru yang memesan menu yang belum pernah mereka dengan di restoran itu. Para pelanggannya juga boleh membawa bahan makanan tertentu untuk minta dimasak oleh sang pemilik yang dipanggil "Master". Antara sang master dengan para pelanggannya memiliki interaksi yang sangat kuat.
Ada cerita lain tentang malam. Seorang lelaki usia 40an membuka restoran hanya dari pukul 12 malam sampai pukul 7 pagi. Restorannya kecil saja, berlokasi di sebuah gang kecil di tengah kota Seoul. Sepertinya dia sengaja ingin menciptakan kesenangan dengan memberi makan para pecinta malam yang kelaparan. Ia punya cukup banyak, sekitar belasan pelanggan tetap. Mereka berasal dari profesi yang beragam dan punya alasan beragam mengapa suka makan dan mengobrol lama di restoran itu. Ada bos preman, gadis bar, pembuat komik, karyawan online shop, anak sma, dokter, petinju, pengamen, sutradara film porno, pesulap, tukang kunci, penyanyi, pemilik bengkel alat musik, dan dokter gigi.
Restoran kecil itu bernama "Late Night Restaurant" pemilik sekaligus kokinya memasak makanan apa saja yang diminta pelanggannya, jika bumbu-bumbunya ada. Tak ada daftar menu disana. Jadi, selalu ada kejutan bagi setiap pelanggan tetap jika ada pelanggan baru yang memesan menu yang belum pernah mereka dengan di restoran itu. Para pelanggannya juga boleh membawa bahan makanan tertentu untuk minta dimasak oleh sang pemilik yang dipanggil "Master". Antara sang master dengan para pelanggannya memiliki interaksi yang sangat kuat.
Para pelanggan bahkan tak malu bercerita atau berkeluh kesah tentang pekerjaan mereka masing-masing. Restoran tampak seperti tempat nongkrong yang sangat asyik bagi mereka, dimana setiap pelanggan bahkan bisa saling icip makan dari piring atau mangkuk pelanggan lainnya. Sang Master lebih banyak menjadi pendengar dan pengamat, peran terbesarnya hanya memasak dan tersenyum. Di restoran ini,
pelanggan bukan saja bisa menikmati menu spesial berdasarkan
hasil request. Juga dapat mempertemukan para kekasih, ibu dan anak yang
bertengkar, sepasang kekasih yang lama berpisah bahkan mereka yang mendapat
calon pasangan hidup. Bahkan seringkali ada pesta untuk momen-momen tertentu
bagi pelanggannya. Semua pelanggan bergembira dan makan makanan enak dengan
bahagia. Mereka duduk mengelilingi meja yang bukan bulat, bukan juga persegi.
Bentuk meja yang unik yang mempertemukan semua pelanggan, sekaligus dengan sang
Master. Kejutan demi kejutan selalu datang dan membuat mereka semakin akrab.
Restoran dibangun
biasanya untuk bisnis. Banyak restoran tak peduli interaksi antara pelanggannya.
Yang penting mereka makan dengan puas dan senang, juga bisa menikmati layanan
yang prima dan sopan. Tapi sang Master pemilik restoran ini nampaknya tak
peduli soal kesuksesan bisnis, bahkan tak ada satu scene pun tentang transaksi
dalam film asal Korea Selatan ini. Scene yang paling menarik adalah proses
pembuatan makanan oleh sang Master, respon pelanggan dan keceriaan antar
mereka.
Misalnya nih ada 3 perempuan muda yang bersahabat sejak SMA dan mereka bekerja di kantor yang
sama. Setiap kali ke restoran ini mereka memesan makanan yang sama untuk
masing-masing, yaitu mie sehingga mereka dijuluki "Noodle
Sisters". Nyambi menikmati mie atau makanan lain, ketiganya selalu saja punya cerita yang membuat pelanggan lain memperhatikan mereka. Oh ya, mereka juga humoris dan ceria. Ada juga komikus lumayan sukses yang menyesal tubuhnya
terlanjur gemuk tapi tak bisa berhenti makan di restoran ini. Dia ingin memiliki tubuh ideal dan selalu berniat untuk diet. Namun, Ia selalu tergoda menu yang dipesan pelanggan lain dan akhirnya memesan
porsi besar dan menikmati makanannya dengan bahagia sampai-sampai bikin pengunjung lain menelan ludah. Ada juga Cherry si gadis bar
yang tidak pandai menggunakan sumpit. Pokoknya setiap pelanggan unik dengan kisah hidup mereka masing-masing.
Keunikan lain adalah tentang masakan itu sendiri. Jika dalam beberapa drama tentang makanan selalu diceritakan filosofi makanannya, sedangkan dalam film ini makanan mengingatkan pada rumah atau justru mempertemukan sahabat, kekasih atau antara anak dan ibu. Misal menu catfish bakar yang mempertemukan 3 sahabat yang sewaktu SMA suka mencuri ikan catfish milih orang sepulang sekolah dan membakarnya di pinggir kota. Atau ada pengamen yang bertemu dengan kakak kekasihnya karena Nasi Butter. Atau dua orang teman masa sma yang bertemu kemudian saling jatuh cinta, pacaran lalu menikah karena Mie Mayonaise. Dan sepasang manusia yang saling jatuh cinta gara-gara ikan tuna.
Keunikan lain adalah tentang masakan itu sendiri. Jika dalam beberapa drama tentang makanan selalu diceritakan filosofi makanannya, sedangkan dalam film ini makanan mengingatkan pada rumah atau justru mempertemukan sahabat, kekasih atau antara anak dan ibu. Misal menu catfish bakar yang mempertemukan 3 sahabat yang sewaktu SMA suka mencuri ikan catfish milih orang sepulang sekolah dan membakarnya di pinggir kota. Atau ada pengamen yang bertemu dengan kakak kekasihnya karena Nasi Butter. Atau dua orang teman masa sma yang bertemu kemudian saling jatuh cinta, pacaran lalu menikah karena Mie Mayonaise. Dan sepasang manusia yang saling jatuh cinta gara-gara ikan tuna.
Sayangnya, meski selalu penasaran tentang siapa sesungguhnya di Master pemilik restoran, sampai episode terakhirnya tak ada kisah tentang dia. Mungkin pembuat drama ini ingin menyerahkan kepada penonton tentang siapa sesungguhnya sang Master yang menciptakan restoran unik bagi para pelanggannya yang unik. Ah, aku suka sekali konsep drama ini dan semakin menyukai malam.
Depok, 17 September 2015
No comments:
Post a Comment