![]() |
Ichiko dan kebunnya. Sumber: www.imdb.com |
Jumpa
lagi di tulisan kedua tentang Little Forest. Kali ini untuk babak Winter and
Spring karena baru dapet filmya tadi pagi. Kilas balik ya, film asal Jepang
ini menggambarkan keindahan alam negeri sakura selama empat musim, seni bertani
dan filosofi makanan. Disutradarai oleh Junichi Mori, film ini menampilkan Ai
Hashimoto sebagai Ichiko yang menjadi tokoh utama. Lokasi syuting yang sangat
indah menjadikan film ini sebagai film terindah yang pernah kutonton setelah
Gandhi. Tulisan kali ini dilengkapi dengan photo yang lumayan banyak hasil capture
dan edit singkat saat nonton.
Film
ini berkisah tentang seorang gadis muda bernama Ichiko yang memiliki masalah dengan
ibunya. Ichiko sering tidak menghargai usaha ibunya dalam menyediakan makanan
untuknya dan sering menyuruh-nyuruh. Ibunya tiba-tiba menghilang saat ia masih
SMA. Lalu Ichiko pergi ke kota untuk bekerja sampai kemudian ia tinggal dengan
pacarnya. Tetapi ia pun punya masalah dengan pacarnya dan kembali ke kampung
halamannya di Little Forest, satu desa di pegunungan Komori di Timur Tohoku,
Jepang. Karena ibunya belum pulang sejak lima tahun silam, Ichiko menjalani
pelariannya sendirian. Ia kemudian mulai belajar makna musim, tanaman, hutan,
alam, salju, binatang dan hal-hal remeh temeh dalam hidup yang justru dulu tak
bisa dilakukannya tanpa bantuan ibunya.
![]() |
Mengawetkan buah. Sumber: www.imdb.com |
Dalam
proses kontemplasi atas hubungannya dengan ibunya dan dengan pacarnya, Ichiko
menjalani keseharian sebagaimana penduduk Little Forest yaitu sebagai petani.
Ichiko menanam segala kebutuhannya sendiri mulai dari padi, kentang, ubi,
talas, kubis, lobak, tomat, sawi, bawang, wortel, dan hanya membeli beberapa
jenis bahan makanan saja ke kota yang berjarak 30 menit menggunakan sepeda.
Ichiko mulai melakukan berbagai eksperimen dari masakan satu ke masakan lainnya
berdasarkan pengalamannya menikmati masakan ibunya. Ia juga melakukan
eksplorasi di sekitar Little Forest sampai masuk ke dalam hutan untuk menemukan
bahan-bahan makanan seperti jamur, pakis, dan jenis-jenis herbal lainnya yang
tumbuh hanya pada musim tertentu. Ia seringkali mengajak dua sahabat masa
kecilnya dan beberapa tetangga untuk menikmati makanannya dan sekedar pelipur
lara dalam kesendiriannya.
Dalam
proses belajarnya Ichiko seringkali tak sabar, terutama dalam hal menanam.
Padahal setiap tanaman memiliki waktu dan metode tanamnya sendiri. Tanaman yang
tidak ditanam berdasarkan metode dan musim yang tepat tidak akan berhasil.
Ichiko juga harus belajar menyimpan bahan makanan untuk persediaan musim dingin
dan cara mengemasnya di dalam kardus agar tidak busuk dan dimakan serangga. Ia juga banyak
belajar bahwa dalam hidup ia harus membayar banyak hal seperti uang gas,
listrik, limbah dan air. Ia ingat pada ibunya dan mulai memahami bahwa hidup
tak semudah kebiasaannya meminta makanan dengan tidak sopan.
Film
ini benar-benar indah. Bukan saja gambaran alam yang detail dalam pergantian
musim, juga bagaimana proses seorang Ichiko melakukan eksplorasi di seantero
Little Forest untuk menemukan bahan makanan yang hanya tersedia pada
musim-musim tertentu untuk membuat menu yang hebat. Digambarkan juga bahwa
petani di Little Forest adalah petani yang cerdas. Jika ada masalah dengan
lahan atau apapun mereka selalu berkumpul di balai desa dan kepala desa
memberikan makalah untuk masing-masing kepala keluarga agar seisi desa paham
apa yang sedang terjadi pada desa mereka. Mereka juga memiliki festival saat
panen raya tiba, dimana diadakan bazar di balai desa dan setiap warga menjual
produk pertanian, masakan dan kerajinan khas Little Forest. Sedangkan klub
kesenian menampilkan tarian yang sangat indah untuk menghibur penduduk desa.
![]() |
Ikut festival di desa. Sumber: www.imdb.com |
Apa bedanya babak ini dengan babak Autumn and Summer? Tidak ada, plotnya sama. Bedanya pada babak ini filmya lebih indah karena ada kekontrasan antara musim dingin dan musim semi. Super indah. Bikin pengen kesana dan tinggal selama satu tahun. Dan tentu saja tentang akhir cerita. Ceritanya Ichiko selama dua musim itu terus menerima surat dari ibunya yang entah dimana, dia mulai menemukan jawaban atas pelariannya dan pergi ke kota. Ia menitipkan rumah dan kebunnya pada dua sahabat masa kecilnya. Eh, lima tahun kemudian Ichiko sudah ada di desa lagi bersama suaminya yang sibuk mempersiapkan sebuah tarian untuk festival panen raya desa Little Forest. Entah siapa suaminya. Pokoknya, Happy ending.
Menurutku,
film indah ini sangat cocok ditonton oleh setiap orang dari segala usia,
terutama bagi mereka yang selama ini suka tidak menghargai makanan dan
membuang-buang makanan. Film ini benar-benar inspiratif dan memberikan kita
pelajaran sangat berharga tentang fungsi alam dalam membantu manusia menjalani
peran besarnya. Alam menyediakan segalanya mulai dari udara, air, pohon, salju,
bahan makanan yang tak terhitung jumlahnya dan hewan-hewan yang siap kehilangan
nyawanya demi jadi santapan manusia. Kita juga belajar untuk tidak lagi
menyia-nyiakan makanan dan mulai berterima kasih pada mereka yang telah
bersusah payah menyiapkan makanan.
Baru habis nonton film ini kemarin malem, mantap banget setting filmnya, dan alur ceritanya juga mengalir dengan bagus, recomended banget buat semua pecinta film
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampi Eddk, dan memang benar saya nonton film ini sampai dua kali karena menurut saya bagus dan bikin saya pengen ke Little Forest, cuma buat menikmati makanan khas pedesaan Jepang dan keindahan alamnya.
DeleteSalam,
Makasih..film nya bagus..krn suasana dan perkampungan dan segala macam makanan..
ReplyDeleteIya betul banget. Gara-gara film ini jadi ingin banget ke Jepang
DeleteBaru dapat filmnya baru baru ini,nggak bosen terus di tonton ulang,bagus banget ini film
ReplyDeleteJadi ingin ke Jepang kan, ke desa Komori?
Deletefilm nya bikin adem di mata apalagi pas bagian winter...pemandangan nya buat gw jdi pengen ke dieng
ReplyDeleteYuhu. Pengen ke Jepang juga jadinya hehe
Delete