![]() |
Hadiah Orang Jepang untuk Indonesia |
Lelaki itu
tertarik pada Islam. Ia tak bisa menyembunyikan bahwa Islam, di Indonesia,
adalah unik terlepas dari pandangan dunia bernada negatif yang selalu ia
dengar, termasuk di negaranya. Maka ia pun belajar tentang Islam dari
tokoh-tokoh sentral di Indonesia mulai dari orang Nahdlatul Ulama (NU), Jaringan islam Liberal (JIL), sampai kelompok fundamentalis pimpinan Abu Bakar Baasyir.
Meski telah lama
bersentuhan dengan umat Islam di Indonesia dan memahami bagaimana umat Islam
hidup berdampingan dengan umat lain, namun ia belum memutuskan apakah Islam
akan menjadi agamanya atau tidak. Ia, yang telah berhasil bertemu berbagai
tokoh Islam mewariskan sebuah buku kepada umat Islam, khususnya Indonesia,
tentang bagaimana pandangannya sebagai orang Jepang tentang Islam. Karena selama ini orang Jepang tidak banyak tahu tentang Islam.
Keingintahuannya tentang Islam dimulai ketika ia melihat ketidakcocokan antara masyarakat Islam di Indonesia yang ia kenal dengan berita-berita di media tentang Islam yang cenderung menjadikan Islam sebagai agama teror. Sebagai seorang Jepang -Non Muslim- yang besar dalam masyarakat Internasional, yang banyak bersinggungan dengan masyarakat Muslim, ia memutuskan untuk menggali Islam dari tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
Ia sering membaca berita tentang kecaman terhadap Front Pembela Islam (FPI) yang terbilang radikal, tentang Gus Dur yang moderat, tentang Jaringan Islam Liberal (JIL), hingga tentang Abu Bakar Ba'asyir yang dikaitkan dengan beberapa peristiwa teror di Indonesia. Ia sangat ingin tahu mengapa Islam memiliki wajah berbeda dan Ia ingin tahu apakah Islam dalam pandangan beberapa tokoh tersebut kaitannya dengan kitab umat Islam, Al-Qur'an. Sebagai seorang periset, mulailah Kato mencari tahu.
![]() |
Hinasori Kato dalam salah satu kunjungannya ke Pesantren di Bogor, Indonesia |
Mula-mula Kato
bertemu dengan Bismar Siregar seorang pakar hukum dan juga mantan Hakim Agung
pada era Soeharto. Kato banyak belajar tentang sosok Soeharto sang penguasa 32
tahun dan bagaimana Bismar menafsirkan 'Pemaafan' dalam Islam dalam menegakkan
hukum dan berhubungan dengan manusia. Lalu Kato bertemu dengan Mohamad Sobary,
seorang Sosiolog, kolumnis, budayawan, dosen dan peneliti LIPI. Kato
mendapatkan banyak informasi bagaimana Islam berpengaruh dalam politik dan
budaya di Indonesia, yang salah satunya ditandai dengan adanya organisasi ICMI. Dari Sobary, Kato
belajar bahwa selama ini di Indonesia Islam telah menyatu dengan budaya
sehingga masyarakat dapat hidup harmonis meski masih mengalami gesekan di
beberapa sisi.
![]() |
Saat Kato bertemu Alm. Gusdur |
Lalu Kato bertemu
dengan salah satu anggota FPI karena tak bisa bertemu dengan Habib Rizieq.
Sebagai orang asing dan non-Muslim ia disambut dengan baik dan dapat berdiskusi
dengan leluasa tentang gerakan FPI yang dicap fundamentalis. Kato akhirnya
paham bahwa tindakan-tindakan FPI lahir dari kenyataan sosial yang semakin lama
semakin menyudutkan posisi masyarakat Betawi di metropolitan Jakarta yang telah
banyak dikuasai asing. Ia memahami kegeraman FPI mengenai budaya barat yang
mulai mengotori Jakarta, tanah Betawi.
Kato juga bertemu
dengan Ismail Yusanto, jubir HTI dan berdiskusi banyak mengenai gerakan HTI
untuk menjadikan Khilafah sebagai jawaban atas permasalahan umat Islam dan
Indonesia. Darinya Kato tahu bahwa umat Islam mendambakan seorang pemimpin yang
bisa menjadi pemersatu umat yang saat ini mengalami kemunduran, kehancuran moral
dan kekalahan dalam pendidikan.
Kato kemudian
bertemu dengan Ulil dari JIL dan berdiskusi mengenai mengapa ada JIL di
Indonesia. Ulil yang banyak belajar dari Gus Dur banyak menginspirasi JIL
tentang bagaimana seharusnya Islam tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
politik. Ulil termasuk yang tidak setuju pembentukan negara Islam dan lebih
mementingkan Islam yang moderat dan mudah sehingga Islam tidak dipandang kolot
dan menakutkan, terutama setelah peristiwa 11 September.
Lalu Kato juga
bertemu dengan Lily Munir salah satu tokoh Islam yang selalu memperjuangkan
perempuan. Ia menolak pandangan patriarkis laki-laki yang selalu menafsirkan
ayat-ayat tentang perempuan tanpa memahami budaya dan zaman, sehingga
menyulitkan perempuan Muslim berkembang dan mendapatkan tempatnya dalam
masyarakat Islam. Kato belajar bahwa posisi perempuan dalam Islam sangat mulia,
namun laki-laki dengan cara pandang keliru terhadap agama Islam yang membuat perempuan Muslim
menjadi terkungkung dan terbelakang.
Lalu ia bertemu
Fadli Zon, tokoh kontroversial Partai Gerindra yang ternyata merupakan tokoh
dibalik gerakan menantang SDSB di zaman Soeharto. Fadli Zon adalah orang yang
menganggap pentingnya perpaduan Islam dan Politik demi mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia. Namun sayangnya, Islam lebih banyak dimanfaatkan tokoh-tokoh
politik untuk kepentingan tertentu.
Dari Fadli Zon,
Kato mulai memahami bahwa banyak tokoh muda Muslim Indonesia yang terlibat
dalam politik dan pentingnya keterlibatan cendekiawan Muslim dalam
posisi-posisi politis di pemerintahan demi terwujudnya masyarakat sejahtera
sesuai tuntunan Islam dan Pancasila.
![]() |
Kini di Jepang, Islam mulai tumbuh. Banyak orang Jepang belajar Islam dan menjadi Mualaf, terutama pasca peristiwa 11 September. |
Kato juga bertemu
Ba'asyir, tokoh Islam fundamentalis pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).
Ba'asyir adalah tokoh yang tidak setuju atas pemisahan masalah agama dan
negara, atau sekularisme. Ia juga menyayangkan tindakan pemerintahan Soeharto
yang banyak memenjarakan aktivis Islam fundamental yang sebenarnya bergerak
untuk membuat ummat kembali ke Islam yang lurus, yang asli. Ia melihat Ba'asyir
dan murid-muridnya adalah Muslim yang taat menjalankan Islam. Mereka sangat
berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an agar tidak keliru.
Sementara
pertemuannya dengan Gus Dur memberikan warna tersendiri tentang Islam di
Indonesia yang berdampingan dengan baik dengan umat agama lain. Bahkan Islam
yang dulu didakwahkan melalui acara-acara kebudayaan tampak telah menyatu
dengan budaya Indonesia sendiri. Dari Gus Dur, Kato belajar bahwa Islam di
Indonesia itu indah, damai, harmonis dan tidak seburuk yang diberitakan di
media-media yang dunia baca, termasuk yang dibaca oleh masyarakat Jepang.
****
Hinasori Kato
adalah seorang Sosiolog Jepang yang pada studi Masternya di Australia meneliti
tentang Islam di Indonesia. Pertama kali ia tersentuh Islam adalah ketika
melihat anak-anak melakukan pawai pada malam Idul Fitri tahun 1991 saat ia baru
tiba di Jakarta dari Amerika. Bagi orang Jepang Islam sangatlah asing. Hari
Raya Idul Fitri dan Idul Adha tidak dikenal di Jepang sebagaimana Natal yang
dikenal luas dan mengakar kuat dan mendapat dukungan negara. Ia juga heran
dengan orang Islam yang melakukan sembahyang lima kali seharis, puasa sebulan
penuh saat Ramadhan dan tidak minum minuman keras.
Juga mengenai larangan
perjudian yang salah satu momentumnya adalah protes keras atas perjudian SDSB
yang pada tahun 1990an banyak diminati masyarakat. Saat itu mahasiswa Muslim
berdemo sampai ke Senayan agar pemerintah Soeharto membubarkan acara SDSB. Kato
pun semakin penasaran dengan Islam. Lalu ia memutuskan untuk melakukan studi tentang
Islam di Universitas Sidney. Ia menjadikan Islam Indonesia sebagai topik
penelitiannya. Bagi seorang Jepang beragama Budha, meneliti tentang Islam
tentulah menarik terutama di negeri dengan beragam etnis, budaya dan agama.
Jakarta, 30 April 2015
Sumber gambar:
http://media.kompasiana.com/buku/2013/07/16/kato-san-memandang-bulan-ramadhan-577261.html
http://www.goodreads.com/book/show/20985596-islam-di-mata-orang-jepang
http://news.detik.com/read/2014/03/22/075123/2533446/10/cerita-orang-jepang-saat-bicara-islam-dengan-ulil-gus-dur-hingga-baasyir
http://zilzaal.blogspot.com/2013/12/profesor-jepang-islam-membuat-kehidupan.html
http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/06/portrait-perempuan-jepang-simbol-penghayatan-atas-peran-domestik-474896.html
No comments:
Post a Comment