Email nyasar!
Siapa sangka sebuah email nyasar dari seseorang menjadi jalan bagi perubahan
yang drastis bagi kehidupan seorang lain sebagai penerima. Ya, sebuah email
nyasar yang tak sengaja dan menjadi sebuah jembatan keajaiban bagi dua manusia
yang tak saling mengenal. Email nyasar! itulah awal mula kisah percintaan
antara seorang perempuan bahagia bernama Emma dan lelaki patah hati bernama Leo
Leike.
Awalnya, Emma
(yang kemudian oleh Leo dipanggil Emmi) mengirim email ke perusahaan majalah "Like"
langganannya bahwa ia akan berhenti berlangganan majalah itu, tapi majalah itu
terus saja datang ke rumahnya. Emma marah dan mengirim email ke alamat yang
salah. Pada saat bersamaan, Leo Leike, lelaki yang patah hati karena
ditinggalkan kekasihnya yang memilih pacaran dengan pilot tampan dari Spanyol,
sedang deg-degan menunggu email persetujuan dari mantan kekasihnya untuk
jalan-jalan ke Paris.
Leo Leike yang alamat emailnya @leike.com memang
mirip dengan alamat email di majalah @like.com dan ia mengaku
bahwa Emma adalah orang ketiga yang mengirimkan 'email salah alamat' kepadanya
dengan "Hal: Berhenti Berlangganan"
Namun, email
tersebut ternyata bersambut email-email sederhana antara Emmi dan Leo. Diantara
kesibukannya sebagai istri lelaki kaya dengan tiga anak tirinya yang beranjak
remaja, Emmi memiliki kehidupan baru saat email nyasarnya menciptakan 'rasa
penasaran' akan rekan 'curhatnya' via email tersebut. Ia merasa bisa menjadi
dirinya sendiri, tanpa Leo, rekan bicaranya via layar komputer perlu mengetahui
fisiknya dan suaranya. Emma memiliki kenyamanan menunggu, membaca dan membalas
email-email Leo. Ia kecanduan email Leo. Ia jatuh cinta pada Leo yang ia temui
lewat tulisan-tulisannnya di layar komputer.
Leo, yang sedang
bimbang dengan kehidupan cintanya dengan mantan kekasihnya yang tak kunjung
kembali padanya, merasa menemukan kehangatan baru dan ia jatuh cinta pada
tulisan-tulisan Emma yang sarkas, tajam, dan kadang-kadang merayu-rayu umpama
seorang gadis belia yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Diantara
kesibukannya bekerja ia terpesona oleh email-email Emma. Ia kecanduan menunggu
email dari Emma, membacanya dan membalas email itu. Ia bahkan bisa berimajinasi
tentang Emma dalam kepalanya. Semacam Emma imajiner yang ingin ia cium, ia
peluk dan hidupkan di apartemennya sebagai perempuannya.
Dalam email-email
mereka selama berbulan-bulan lamanya itu, Emma mengaku pada Leo bahwa hidupnya
bahagia, meski ia harus membesarkan ketiga anak tirinya. Kadang-kadang ia
merasa kasihan pada Leo yang patah hati berat pada pantan kekasihnya, sehingga
ia memutuskan untuk mempertemukan Leo dan Mia, sahabatnya. Ia berharap Leo bisa
berteman dengan Mia, dan dengan demikian niat terselubungnya untuk mengetahui
siapa Leo dapat ia peroleh melalui Emma, tanpa harus menunjukkan dirinya pada
Leo.
Tapi kemudian,
Emma merasa Ia tak rela jika Leo benar-benar suka pada Mia yang memang cantik.
Lalu ia mengusulkan permainan "Menebak" pada Leo, dimana mereka akan
mengunjungi sebuah kafe yang sama-sama mereka kenal, dan menebak siapak
diantara pengunjung sebagai "Emma" dan sebagai "Leo", lalu
malam harinya mereka akan menulis email apakah mereka berhasil atau gagal
saling menemukan. Dan malam harinya, mereka asyik mendeskripsikan siapakan "Emma"
dan "Leo" sebagai hasil tebak-tebakan. Dan dalam email-email
berminggu-minggu berikutnya, Emma barulah tahu bahwa Ia telah melihat Leo yang
pada saat itu berpura-pura sedang kencan dengan gadis cantik yang ternyata
adiknya yang seorang model.
Perjalanan cinta
"layar komputer" mereka berlanjut hingga nyaris satu tahun lamanya.
Dalam percakapan-percakapan selanjutnya mereka mulai bicara vulgar tentang
hasrat masing-masing. Bahkan, mereka merayakan kegilaan mereka dengan minum
wine bersama-sama sambil menulisnya di email mereka hingga larut malam. Emma,
meski ia penasaran pada Leo, memilih nyinyir dan mengatakan bahwa sikap Leo
yang suka menulis keinginan vulgarnya terhadap 'Emma majinernya' dalam
emailnya.
Sampai suatu hari,
Leo menerima email dari suami Emma. Lelaki itu mengaku bahwa sejak Emma
menemukan teman chattingnya, Emma berubah dan hubungan pernikahan
mereka berubah. Emma suka sekali duduk berlama-lama di depan komputer, memiliki
dunianya sendiri, menulis sesuatu sambil tersenyum-senyum sendiri, dunia
yang tak bisa ia masuki. Sampai suatu waktu, ketika Emma tak ada di rumah, Ia
menyelinap ke kamar Emma dan menemukan setumpuk 'printed letter' yang
berisi email-email antara Emma dan Leo.
Ia merasa terhenyak dan melihat bahwa
istrinya telah jatuh cinta pada lelaki bernama Leo yang hanya bisa ia kenal
lewat tulisan-tulisannya. Agar istrinya kembali, Ia meminta Leo menemui
Emma dan menghabiskan seharian penuh bersama Emma agar Emma bahagia. Terserah
apakah Leo mau bercinta dengan Emma atau tidak, yang penting ia ingin melihat
Emma bahagia kembali.
Tetapi Leo
kemudian marah pada suami Emma atas sikap lancangnya mengulik rahasia Emma dan
membaca email-email Emma. Dan ia berjanji pada suami Emma bahwa ia tak akan
menemui Emma apalagi bercinta dengan Emma. Baginya, meski ia penasaran dengan
Emma, ia hanya menyukai Emma imajiner yang telah terbangun di kepalanya, bukan
Emma sungguhan yang ditawarkan suami Emma kepadanya. Meski dalam
email-emailnya, Leo terlihat sangat menginginkan Emma dengan hasratnya yang
menggebu-gebu pasca ia patah hati dari kekasihnya.
Sampai suatu
waktu, Leo memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka dan pindah kerja ke
Amerika. Ia ingin Emma kembali pada suaminya dan keluarganya dan hidup bahagia.
Leo menghilang untuk merenung dan membuat Emma marah karena email-emalnya tak
dibalas. Emma cemburu entah pada siapa karena kehilangan 'Leo imajinernya' yang
selama ini membuatnya bahagia. Emma telah kecanduan Leo dan tak peduli mereka
bisa bertemu dan bertatap muka atau tidak. Emma hanya tidak ingin dunia barunya
dengan Leo, di layar komputer mereka berubah. Ia merasa bahagia bercakap-cakap
dengan Leo selama ini.
Sampai suatu hari,
Emma dan Leo memutuskan untuk saling bertemu sebelum Leo berangkat ke Amerika
dan berhenti mengirim email pada Emma. Leo bilang bahwa ia ingin sekali saja
bertemu dengan Emma dan melihat 'Emma imajiner' menjadi Emma dalam kenyataan
yang sangat ingin ia temui. Tetapi Emma khawatir bahwa pertemuan itu akan membuatnya
menginginkan pertemuan-pertemuan lain sehingga ia tak bisa melepas Leo.
Sayangnya, malam yang mereka tentukan untuk bertemu, tanpa diketahui oleh
keduanya, mereka memutuskan untuk tidak bertemu.
Tragis tapi
seru.
Jakarta, 3 Desember 2014
No comments:
Post a Comment