![]() |
Tri Rismaharini |
TIDAK
banyak pemimpin yang sadar menjaga lingkungan. Kemarahan Tri Rismaharini
melihat Taman Bungkul rusak sebenarnya ekspresi wujud kecintaan seorang
pemimpin menjaga lingkungan hidup. Taman Bungkul yang telah dinobatkan sebagai
taman terbaik se-Asia Pasifik memang membanggakan. Melihat kerusakan Taman
Bungkul sejauh 1 km akibat bagi-bagi es krim oleh sebuah perusahaan menjadi
keprihatinan kita semua.
Penyelenggaraan
pemilu legislatif (pileg) telah usai, kita semua juga memanen kotornya
lingkungan akibat ulah calon pemimpin 5 tahun ke depan. Baliho, spanduk,
striker, dan alat peraga kampanye lainnya membuat pohon, pinggir jalan,
jembatan penyeberangan, dan tempat umum menjadi terlihat kumuh.
Tri
Rismaharini telah membuktikan diri sebagai wali kota peduli lingkungan.
Terbukti program-program yang berhasil dilakukan telah banyak melahirkan
kebijakan pada pengelolaan lingkungan hidup. Seperti contoh pengelolaan sampah
menjadi energi listrik, program urban farming (petani kota) dengan kota dapat
menghasilkan surplus pangan.
Selain
Tri Rismaharini, ada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang dikenal sebagai
penggagas Indonesia Berkebun. Ridwan Kamil, yang sebelumnya dikenal sebagai
arsitek internasional, telah lama mengutamakan aspek lingkungan hidup dalam
desain gedung-gedung modern.
Pola
eco-city kini telah dikembangkan untuk Bandung. Kota yang modern tapi juga
ramah terhadap lingkungan. Ridwan Kamil memberi contoh kepada warga Bandung
untuk bersepeda. Kebijakannya memberi fasilitas bus gratis pagi dan sore kepada
pelajar dan pegawai negeri untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Pelarangan
menebang pohon, mendirikan bangunan di kawasan air, pembangunan taman-taman
tematik, juga penyediaan air siap minum gratis di sekitar taman.
PRESIDEN PEDULI LINGKUNGAN?
Pemilu
Presiden akan digelar 9 Juli nanti, banyak perubahan yang diharapkan rakyat
terhadap visi dan misi presiden selanjutnya. Hal yang menjadi sorotan penting,
bagaimana program ekonomi calon presiden untuk menyejahterakan rakyat? Jika
melihat program ekonomi yang dilakukan presiden sebelumnya masih banyak hal
yang dikritisi terkait pelanggaran, yaitu kerusakan lingkungan hidup.
Ekonomi
Indonesia memang sedang tumbuh tapi kepada siapakah keuntungan pertumbuhan
tersebut bermuara dan apa dampak lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi
tersebut.
Bung
Hatta mengingatkan sejak lama bahwa selain demokrasi politik bangsa ini harus
menjalankan demokrasi ekonomi. Bagai jatuh tertimpa tangga, rakyat selalu tidak
mampu melawan hegemoni kelompok oligarki di bidang politik dan ekonomi.
Alih-alih
bermimpi demokrasi ekonomi, demokrasi politik selalu dibajak para elite
pengusaha dan rakyat memanen kerusakan lingkungan akibat elite penguasa yang
melacur untuk memenangkan demokrasi politik.
Apa yang
pernah diungkapkan John Perkins (2004) dalam bukunya Economic Hit Man, Amien
Rais (2010) dalam buku Selamatkan Indonesia, bukanlah pepesan kosong. Demokrasi
politik dari tingkat lokal sampai nasional dicengkeram kekuatan elite ekonomi
yang mereka adalah kelompok mayoritas perusak lingkungan hidup.
Demokrasi
ekonomi yang digagas Bung Hatta dan Pasal 33 UUD 1945 selalu ditabrak
elite-elite kita. Kekayaan Indonesia dari mulai tanah, air, tambang, pangan,
hingga industri Indonesia dikuasai segelintir orang.
Pasal 33
UUD 1945 yang menyebut “dikuasi negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat”
hanyalah narasi kosong dan UUD yang sepenuhnya ompong untuk dilaksanakan.
Kekayaan negara yang selalu bocor tiap tahun dan mengalir ke negara Singapura,
Malaysia, bahkan Amerika dipertontonkan begitu telanjang selama 60 tahun lebih.
Panen-panen
kerusakan lingkungan kini sudah kita rasakan bersama. Industri otomotif yang
menguntungkan Jepang berpuluh tahun menjadikan kota-kota besar memanen kemacetan.
Polusi udara tidak terhindarkan dan akibat macet 1/3 kehidupan rakyat atau 8
jam dibuang di jalanan. Pembangunan gedung-gedung yang melanggar aturan
menjadikan banjir setiap tahun merugikan negara.
Hutan-hutan
Indonesia dari mulai penebangan liar dan pembakaran selalu setiap hari menjadi
tontonan rakyat kita di daerah. Pemerintah pun tidak berdaya dan hukum selalu
menemukan ketumpulan berhadapan dengan elite perusak hutan.
Air
sebagai sumber kehidupan juga telah dikuasai perusahaan raksasa asing. Daerah
pegunungan yang kaya dengan air menjadi pundi-pundi rupiah dan dolar setiap
tahun. Belum lagi kita bicara tambang kekayaan Indonesia yang telah lama
dikuras habis.
ECO-LEADERSHIP
Indonesia
memang mengalami pertumbuhan ekonomi. Tapi pertumbuhan itu tidak untuk rakyat.
Rakyat tidak menikmati pertumbuhan tersebut tapi malah memanen kerusakan
lingkungan. Kita memiliki pemimpin di tingkat lokal (mikro), seperti Tri
Rismaharini dan Ridwan Kamil.
Kita
butuh pemimpin nasional (makro) yang melebihi narasi mereka berdua. Tidak hanya
menaikkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Pemimpin yang berani menghentikan kerusakan lingkungan seperti yang
terjadi di tambang emas Freeport di Papua.
Dan
menghentikan pengerukan kekayaan alam lainnya. Agenda jihad konstitusi yang
digaungkan Muhammadiyah dalam rangka menggagalkan berlakunya undang-undang
proasing dan perusak lingkungan memang harus terus dilakukan.
Presiden
di masa yang akan datang juga harus berani mengubah secara konstitusi
penguasaan tanah oleh asing di perkebunan-perkebunan di Indonesia. Presiden
tentunya akan banyak menghadapi masalah internal, baik pendukungnya bahkan para
pengkhianat di partainya, jika berupaya melawan kebijakan proasing. Meminjam
istilah Cak Nun, presiden yang akan datang harus berani memberi kepastian bahwa
“laba untuk rakyat”.
Agenda
penyelamatan kekayaan alam Indonesia dan pemulihan kelestarian lingkungan hidup
yang dilakukan Presiden mendatang pasti akan didukung rakyat jika presiden yang
terpilih mau terbuka dan bicara jujur di ranah publik. Dengan mengambil
dukungan rakyat, keyakinan untuk bersikap tegas akan membawa keselamatan
bersama atas ancaman asing.
Keamanan
presiden tentu menjadi satu hal awal yang berani dipertaruhkan. Sebagaimana
John Perkins menyatakan upaya asing dalam menggulingkan Bung Karno lewat CIA
adalah sebuah kenyataan. Amien Rais (2010) mengungkapkan dalam bukunya bahwa
nanti 2036 orang seperti diri SBY, Megawati, dan Jusuf Kalla sudah berada di
alam baka, tapi pengerukan kekayaan alam perusahaan Freeport di Papua masih
terus dilakukan.
Jika
demikian, ketegasan presiden dalam kebijakan menghentikan cengkeraman asing
adalah agenda utama bangsa ini. Kemudian, narasi presiden eco-leadership adalah
upaya pemulihan Indonesia dalam menjaga kelestarian alam.
__________________
Penulis: Dharma
Setyawan, merupakan aktivis yang banyak bergerak dalam isu lingkungan hidup, musik, pendidikan dan isu sosial. Ia kini merupakan Ketua
Komunitas Hijau dan Dosen STAIN Metro Lampung.
No comments:
Post a Comment