![]() |
Cover buku "Lenka" |
Lahir dari ayah Jawa dan ibu seorang perempuan cantik asal Hungaria menjadikan Lenka semacam boneka barbie. Terlalu cantik. Pada usia 14 ia telah menjadi model di salah satu agensi ternama di Jakarta. Pada usianya yang ke 19 ia bahkan akan dipromosikan sebagai model internasional untuk wilayah Asia Tenggara. Kulit putih yang seakan transparan, mata coklat bening, rambut coklat ikal panjang dan tubuh semampai membuatnya biang iri para gadis yang memburu barang-barang dan kosmetik yang ia peragakan. Kecantikannya yang tersohor juga membuat para pria ngiler. Mulai dari yang muda hingga pria tua bangkotan membayangkan tidur dengan Lenka.
Tetapi, gadis yang kuliah di Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya UI ini memiliki mimpinya sendiri. Saat semua gadis iri dengan kecantikan surgawinya dan para pria ingin menikmati tubuh moleknya, semua mata di Jakarta Art Exhibitian Center menyaksikan bagaimana tubuh Lenka yang bergaun biru melayang jatuh dari lantai lima dan kepalanya pecah saat menghantam patung kristal dalam acara penggalangan dana Pustaka Bunyi Indonesia milik ayahnya, komposer ternama Tiung Sukmajati. Darah segar muncrat dari kepalanya yang pecah bersama cairan putih otaknya.
Lenka
memiliki segalanya. Begitu orang-orang bilang. Ibu yang molek asal Hungaria,
ayah yang kaya dan tersohor, kakak yang tampan dan pemain catur ternama, juga
profesinya sebagai model muda papan atas yang sedang naik daun. Tetapi, dibalik
itu semua, dunianya sepi. Ayahnya yang punya jam terbang tinggi dan keras
kepala membuat ibunya kesepian. Sang perempuan cantik kesepian itu pun menjadi
sosialita Jakarta yang lebih banyak menghamburkan uang dan bergosip dengan para
perempuan sosialita kesepian lainnya. Ia juga geram dengan seorang politisi
bernama Amir yang sempat ia banggakan, namun ternyata hanya menginginkan
tubuhnya semata.
Juga, seorang pebisnis batik ternama yang katanya menganggapnya seperti anak sendiri tetapi juga menginginkan tubuhnya. Termasuk pemilik agency yang dulu membawanya ke dunia model. Semua menginginkan tubuhnya, termasuk kakak kandungnya sendiri. Lenka menyadari bahwa semua yang mengatakan mencintainya karena kecantikannya dan kemolekan tubuhnya.
Juga, seorang pebisnis batik ternama yang katanya menganggapnya seperti anak sendiri tetapi juga menginginkan tubuhnya. Termasuk pemilik agency yang dulu membawanya ke dunia model. Semua menginginkan tubuhnya, termasuk kakak kandungnya sendiri. Lenka menyadari bahwa semua yang mengatakan mencintainya karena kecantikannya dan kemolekan tubuhnya.
Namun
kepada Helong Lembata, seorang photographer dan teman kuliahnya di Fakultas
teknik lah Lenka bisa mencurahkan semuanya. Lenka memang memberikan tubuhnya
pada Helong, tetapi sebenarnya ia menginginkan sesuatu dari Helong. Ia ingin
Helong menjadikannya modelnya. Model dari jenis photographi pembebasan. Meski,
Lenka sesungguhnya tak tahu bagaimana sadisnya Helong dalam memuaskan hasratnya
berburu objek photo yang ia jual kepada sekelompok orang penyuka photo-photo
sadis yang tak akan pernah terbit di majalah manapun. Lenka merasa ia harus
memberikan kepuasan pada dirinya sendiri dan dikenang dunia dengan cara
berbeda.
Lenka juga memberikan tubuhnya pada kakak kandungnya yang berkali-kali mengatakan "Aku mencintaimu, Lenka," dan menjajahnya dengan kecantikannya. Kakaknya yang malang memperalat manajernya sendiri, Meimei Pikatan untuk sukses di dunia catur dengan menjadikannya kekasihnya dan Lenka merasa kasihan padanya.
Lenka juga memberikan tubuhnya pada kakak kandungnya yang berkali-kali mengatakan "Aku mencintaimu, Lenka," dan menjajahnya dengan kecantikannya. Kakaknya yang malang memperalat manajernya sendiri, Meimei Pikatan untuk sukses di dunia catur dengan menjadikannya kekasihnya dan Lenka merasa kasihan padanya.
Demi
ambisinya, Lenka alias Magdalena Anjani Sukmajati meminta Helong yang
mmebantunya memenuhi ambisinya untuk bisa bebas dengan sedikit rasa sakit, tak
peduli akan dibuat apa kelak photo-photonya oleh Helong. Dan pada malam
penggalangan dana itulah Lenka dan Helong melakukan konspirasi besar mereka,
meski Helong yang nampaknya mulai sayang pada Lenka berkali-kali membujuk Lenka
untuk mengurungkan niatnya. Dan terjadilah kematian tragis itu. Semua yang
menyaksikan kejadian itu menyesal mengenai satu hal, betapa pendeknya usia
kecantikan.
Pasca
kematian Lenka, berbagai fakta terungkap dan beberapa orang meninggal, termasuk
Helong dan seorang wartawan yang memberitakan kematian Lenka dan kasusnya.
Dokter RSCM yang melakukan otopsi menemukan fakta bahwa Lenka sedang hamil 1
bulan, perokok, dan melakukan hubungan seksual sebelum bunuh diri. Meski
keluarganya menuding bahwa Lenka sengaja dibunuh oleh seseoang, tetapi
kesimpulan sementara polisi menyatakan bahwa Lenka bunuh diri.
Seseorang yang senang atas kematian Lenka adalah Komang Pamalayu, istri dari pebisnis batik Liman Pamalayu yang menjadikan Lenka sebagai model untuk produk terbarunya. Kecemburuan Komang pada Lenka menjadikan perempuan itu begitu bahagia saat ia menikmati photo-photo kematian Lenka yang diabadikan oleh Helong yang dibayarnya sangat mahal.
Seseorang yang senang atas kematian Lenka adalah Komang Pamalayu, istri dari pebisnis batik Liman Pamalayu yang menjadikan Lenka sebagai model untuk produk terbarunya. Kecemburuan Komang pada Lenka menjadikan perempuan itu begitu bahagia saat ia menikmati photo-photo kematian Lenka yang diabadikan oleh Helong yang dibayarnya sangat mahal.
***
Sebenarnya,
kisah macam ini sangat klasik dan bisa ditemukan dalam banyak buku. Tetapi,
yang menarik adalah proses lahirnya buku ini. Buku yang terbit tahun 2011 ini
merupakan karya sekumpulan penulis yang menamakan dirinya Sarekat Penulis
Kuping Hitam. Anggotanya merupakan 17 peserta Bengkel Penulisan Novel Dewan
Kesenian Jakarta 2008 dan 2009 dari berbagai profesi. Penulisan Lenka sendiri
merupakan proses yang panjang dan berlangsung dalam berbagai debat dan protes.
Setiap orang menulis satu atau dua bab, yang memiliki karakter masing-masing
namun harus menjurus pada tujuan kisah. Setelah disunting sana-sini jadilah
Lenka yang sempurna, yang cerita benar-benar 100% bikin penasaran.
Ya,
Lenka merupakan kisah yang menarik, mengejutkan dan tidak bertele-tele. Lenka
tidak serupa banyak novel yang ditulis oleh seorang atau dua orang penulis.
Tetapi karya 17 penulis ini cukup memikat. Setiap tokoh memiliki gambaran yang
misterius dan berakhir dengan misterius, tak benar-benar utuh. Itu seperti
gambaran hidup. Tak sama dengan tokoh-tokoh utama dalam banyak novel yang
digambarkan sempurna atau sengsara. Dalam Lenka, setiap Tokoh, bahkan Lenka
yang boneka Barbie digambarkan sepotong-sepotong sehingga diakhir kalimat novel
inilah semua misteri dalam kisah Lenka terjawab.
Sebuah
novel memang bukan umpama sebuah kue yang menjawab perut lapar dengan happy
ending atau penyelesaian yang ideal alias mengenyangkan rasa lapar di
pembaca. Dalam pengalamanku membaca beragam jenis novel, novel yang akhir
ceritanya mengandung misteri adalah novel terbaik sebab ia memberikan
kesempatan kepada pembaca untuk mengisi ruang imajinasinya sendiri. Bisa saja,
banyak pembaca yang menjadi penulis setelah membaca novel-novel demikian.
Dan dalam Lenka, aku menyaksikan tentang kecantikan yang menakutkan, kecantikan yang bukan saja menenggelamkan Lenka sendiri, tetapi juga Helong, Komang Pamalayu, Pandan Salas sang kakak kandung, Liman Pamalayu dan pemilik agency tempat Lenka bernaung. Lenka seolah hendak menggambarkan tentang tipuan kulit pembungkus bernama 'kemolekan' yang menerkam nurani manusia yang ingin sekali bersenang-senang dengannya meski itu salah. Ya, seperti tipuan makanan junkfood yang ternyata racun. Begitulah Lenka.
Dan dalam Lenka, aku menyaksikan tentang kecantikan yang menakutkan, kecantikan yang bukan saja menenggelamkan Lenka sendiri, tetapi juga Helong, Komang Pamalayu, Pandan Salas sang kakak kandung, Liman Pamalayu dan pemilik agency tempat Lenka bernaung. Lenka seolah hendak menggambarkan tentang tipuan kulit pembungkus bernama 'kemolekan' yang menerkam nurani manusia yang ingin sekali bersenang-senang dengannya meski itu salah. Ya, seperti tipuan makanan junkfood yang ternyata racun. Begitulah Lenka.
Depok,
12 Januari 2014
No comments:
Post a Comment