![]() |
Ekspresi cinta laki-laki dan perempuan |
"Aku rindu padamu," ujar Marv berkali-kali, seakan tak bosan-bosannya.
"Aku
ingin bersama Aoi," Marv juga berujar demikian.
"Aoi
is my joy," Marv berkali-kali bilang begitu juga.
"Aku
mencintai Aoi," Marv selalu berkata begitu.
Begitulah kira-kira ungkapan kerinduan tokoh Marv dan Aoi dalam novel Kaori Ekuni yang baru kubaca ini. Bukunya kecil. Umpama buku saku Pramuka. Tetapi, isinya akan membuat siapa saja yang membacanya akan merasa sangat lapar. Lapar keingintahuan. Akupun selesai membaca novel itu dengan kening berkerut. Si penulis begitu hebat mempermainkanku.
Aoi adalah gadis yang unik. Ia tak banyak bicara. Meski telah
meraih gelar MA dari sebuah universitas di Jepang, ia memilih kembali ke Milan
dan bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko perhiasan unik. Ia bekerja paruh
waktu. 3 kali seminggu. Sisa waktunya ia habiskan untuk membaca novel yang ia
pinjam dari perpustakaan dan berendam sore-sore dalam bath tub penuh air
hangat. Ia tak punya banyak teman dan hobinya aneh. Dia juga benci hujan sejak
kembali dari Tokyo. Semua kenalannya menganggap, termasuk Daniella sahabat
sejak masih kelas 6 SD, bahwa Aoi susah dimengerti. Susah ditangani.
Marvin, seorang importir Wine asal Pensylvania jatuh hati
pada Aoi. Mereka berjumpa saat Marv mampir ke toko perhiasan tempat Aoi
bekerja. Lelaki tampan, kaya, baik hati, selalu rapi dan wangi itu mencintai
Aoi yang sederhana. Yang selalu memakai kemeja putih dan membaca novel dari
perpustakaan. Lalu mereka hidup bersama di apartemen Marv yang mewah. Aoi pun
kemudian mencintai Marv yang tenang, lembut dan selalu mengatakan "Aku
rindu padamu," dan memberinya ruang pribadi. Meski Aoi punya masalah
dengan orangtunya yang bankir dan telah lama tinggal di Eropa, Marv tak mau
menyentuh kehidupan pribadi Aoi. Sikap itulah yang membuat Aoi semakin sayang
pada Marv.
Selama tahun 1999, Aoi seringkali bermimpi buruk. Dan
ingatannya mundur ke belakang. Seperti air di samudera yang mengalir ke gunung.
Ia merasa seseorang memperhatikannya di rumah Marv yang mewah, tenang dan
dingin. Dan pelan-pelan, namun menyiksanya, kenangan tentang Tokyo menguar.
Membuatnya tenggelam dalam hobinya berendam dalam bath tub dan membaca novel
dari perpustakaan. Ia tak ingin membagi masa lalunya pada Marv, atau sekedar
bercerita. Ia tetap menjalani hidup tenang, mewah dan bahagia dengan Marv. Ia
tahu bahwa semakin Marv memanjakan dan mencintainya, semakin ia merasa terluka.
Aoi merasa tak pernah melakukan hal-hal berarti dalam hidupnya selain bekerja
paruh waktu, membaca novel dan berendam dalam bath tub.
Ia hidup dengan Marv yang sangat menyayanginya. Semua yang ia
butuhkan Marv penuhi. Marv terlalu baik. Marv lelaki sempurna. Tetapi, Aoi
selalu merasa ada yang hilang dari dirinya. Ia merindukan seseorang dimasa
lalu. Rindu yang ditahannya selama 10 tahun, tetapi membuatnya sangat kesepian.
"Aku mencintaimu," katanya pada Marv. Ia mencintai Marv dan
merasa hidupnya begitu baik dengan Marv. Tetapi semakin ia tenggelam dalam
kasih sayang dan kebaikan Marv, semakin ia dihantui mimpi buruk. Semakin pula
ingatan akan Tokyo dan Junsei Agata menguar. Ia ingin bertemu Junsei. Sebuah
hasrat yang tak mampu lagi ia tahan.
"Tempat seorang manusia, ada didalam dada
seseorang." Ujar nenek angkatnya, orang Italia
yang tak mau kemana-mana selain di rumahnya karena ia sangat mencintai rumah
itu.
Tetapi Aoi merasa bingung, siapa yang ada didalam dadanya? dan di dalam dada siap ia berada? Marv atau Junsei? Tetapi Junsei adalah masa lalu, cinta masa kuliah. Dan Marv nyata. Memberinya kehidupan yang sempurna, bahagia, berkecukupan dan penuh cinta. Semua kenalan Marv dan Aoi mengatakan bahwa meski mereka nyentrik, tetapi mereka bahagia.
Tetapi Aoi merasa bingung, siapa yang ada didalam dadanya? dan di dalam dada siap ia berada? Marv atau Junsei? Tetapi Junsei adalah masa lalu, cinta masa kuliah. Dan Marv nyata. Memberinya kehidupan yang sempurna, bahagia, berkecukupan dan penuh cinta. Semua kenalan Marv dan Aoi mengatakan bahwa meski mereka nyentrik, tetapi mereka bahagia.
Tiba-tiba ada surat dari Junsei, dan itu membuat Aoi gugup.
Membaca surat itu di rumah Marv, di tempat yang paling disukainya saat malam
hari, dapur, membuatnya melayang ke Tokyo. Tetapi, kerinduan yang tak bisa
ditahan dan membuatnya berusaha menelpon Junsei berakhir dengan pertengkaran
dengan Marv. Lelaki baik itu merasa tak berguna bagi Aoi, sampai-sampai Aoi
menyembunyikan masa lalunya dan tak mengizinkannya masuk kedalam dunianya. Lalu
Aoi keluar dari apartemen Marv dan menyewa apartemen yang lebih kecil. Ia juga
menyibukkan diri dengan bekerja penuh waktu di toko tempatnya bekerja, dan
masih suka berendam didalam bath tub dan membaca novel yang ia pinjam dari
perpustakaan.
Marv akan pulang ke Amerika dan meminta Aoi ikut dengannya.
"Aku rindu padamu," begitu kata Aoi. Tetapi ia ingat janjinya pada Junsei bahwa mereka akan bertemu di Duomo Firenze pada ulang tahunnya yang ke 30. Ia pun pergi ke Roma dan disanalah ia bertemu kembali dengan Junsei. Mereka bernostalgia. Ia tahu kini rindu yang ia pendam selama 10 tahun tergenapi.
"Aku mencintaimu, sampai sakit rasanya," ujar Junsei.
"Aku rindu padamu," begitu kata Aoi. Tetapi ia ingat janjinya pada Junsei bahwa mereka akan bertemu di Duomo Firenze pada ulang tahunnya yang ke 30. Ia pun pergi ke Roma dan disanalah ia bertemu kembali dengan Junsei. Mereka bernostalgia. Ia tahu kini rindu yang ia pendam selama 10 tahun tergenapi.
"Aku mencintaimu, sampai sakit rasanya," ujar Junsei.
![]() |
Dumo Firenze, Italia |
Meski begitu. Meski Aoi dan Junsei bertemu lagi, cinta mereka tak pernah sama. Junsei juga belum tahu kalau ia dan Marv sudah putus. Junsei meminta maaf atas kekeliruan di masa lalu dan membiarkan Aoi memendam rasa sakit sendirian, dan mengugurkan bayi mereka. Aoi merasa, meski ia telah melihat Junsei dengan nyata di Roma, di Duomo Firenze, tempat yang dikenal sebagai tempat orang yang saling mencintai mengikat janji, segala sesuatunya nampak berbeda. Ia memang bertemu dengan Junsei dan menuntaskan kerinduan yang ia pendam dan membuatnya sakit. Tetapi, Junsei yang ia temui pada 25 Mei tahun 2000, yang menepati janji 10 tahun mereka, bukanlah Junsei kekasihnya dimasa lalu, di Tokyo.
Setelah pertemuan pada hari ulang tahunnya yang ke 30 di
Duomo Firenze, dan selama 3 hari tinggal bersama Junsei, Aoi kembali ke Milan. "Semua
sudah berakhir," katanya pada Junsei. Aoi sudah bisa melihat hidupnya.
Bekerja penuh waktu di toko perhiasan antik bersama Alberto, membaca novel dari
perpustakaan dan berendam dalam air hangat didalam bath tub. Ia tak akan lagi
melihat Marv. Tidak juga dengan Junsei. Aoi akan memulai lagi hidupnya seperti
itu di Milan. Bukan di Tokyo atau Amerika.
Huff, kisah yang aneh dan terlalu kesepian. Tenang, sepi,
sedih.
Meskipun demikian, novel ini menarik. Bahasanya padat, lugas
dan sangat baik dalam menunjukkan karakter Aoi yang kesepian karena cinta
didalam hatinya dan kemarahan atas dirinya sendiri. Membaca hingga akhir novel
ini adalah membaca setengah dari kisah dari dua kisah utuh tentang ekspresi
cinta perempuan dan laki-laki. Untuk menuntaskannya, maka perlu dibaca juga
setengah kisah lainnya yang ditulis oleh Hitonari Tsuji.
Depok, 9 Januari 2014
Sumber gambar:
http://thingstodo.viator.com/florence/best-views-in-florence/
Huhuhu.... Kisah sepi macam ini, sinopsisnya pun bisa mencabik-cabik hati v_v'
ReplyDeleteSumpah kisahnya tuh beda dari kisah yang lain. Dirimu harus baca nih novel segede buku saku pramuka.
ReplyDeletewah, harus baca nih, tapi aku amsih banyak buku yang ngantri untuk dibaca
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir mba Tira.
ReplyDeleteMembaca novel ini bahkan bisa merasakan dingin dan sepi merambat ke jantung hehehe
Salam