![]() |
Alcohol drink. Sumber: inseasia |
Suatu hari, aku lupa
kapan tepatnya, aku salah masuk toko. Malu-maluin tapi lucu. Sore-sore hari
Minggu, aku tuh pengen beli keripik kentang di sebuah toko langgananku karena
camilanku habis dan aku bisa bête banget kalau ngerjain PR tanpa camilan. Nah, diantara
toko-toko yang ada disitu, ada satu toko yang membuatku penasaran. Masuklah aku
kedalamnya. Eh, ternyata toko khusus minuman keras.
Aku masuk sambil
celingak-celinguk dan petugas kasir hanya mengatakan ‘Welcome’.
Lalu aku berkeliling mau cari jus. Eh, baru nyadar kalau yang dijual adalah
aneka jenis bis. Waktu itu aku menggunakan jaket dengan penutup kepala,
sehingga kupikir nggak terlalu kentara jika aku ini perempuan Muslim. Tapi, aku
kemudian menyadari kalau si petugas kasir sedang mengamatiku dengan mimik muka
penasaran. Ia hanya melihatku saja tanpa mengatakan apa-apa. Ya, aku menyadari
bahwa ia heran mengapa perempuan Muslim sepertiku masuk ke toko bir. Meskipun
aku menutup kepalaku dengan topi jaket, tetap saja identitasku yang berjilbab
kelihatan.
Ya, karena
penasaran,aku berkeliling saja sambil melihat-lihat nama-nama dan warna
botol-botol aneka minuman keras yang dipajang rapi. Lalu aku tersenyum pada si
petugas sebelum keluar. Saat aku hendak keluar, ada sepasang pria dan wanita
yang membeli berkaleng-kaleng bir. Kemungkinan mereka mahasiswa miskin yang tak
bisa beli wine atau alcohol lain yang lebih berkelas.
Beberapa hari
kemudian, temanku yang orang Vietnam, yang hobi minum bir dan makan pork
memintaku menemaninya ke toko bir itu, sebelum kami mampir ke sebuah toko untuk
membeli beberapa alat dapur. Oke, aku menemaninya. Ia membeli beberapa botol
bir sebagai stok di apartemennya. Satu kaleng bir harganya tidak sampai 2
Dollar. Ya, alkohol murahan ala mahasiswa. Ternyata, ia berjanji pada salah
satu teman Indonesiaku yang asal NTT untuk minum bersama.
Glek! Dan mereka
janjian di apartemenku untuk ngobrol dan minum bir. Aku memperbolehkan mereka
minum, asal tidak lebih dari satu kaleng. Kan malu-maluin kalau mereka mabuk di
apartemenku. Ya, teman-temanku memang suka meminum minuman keras, termasuk
beberapa teman Arabku yang ‘gaul’. Tetapi, meski demikian, mereka paham dan
tidak menawariku minuman mereka. Mereka selalu memberiku jus jeruk.
Bagi beberapa teman
asingku, minum bir itu sebuah kenikmatan. Seorang temanku asal China yang
sering kami panggil dengan nama Handsome karena ia bermarga
Han dan memang tampan, sangat gila kalau minum bir atau wine. Nyaris setiap
malam ia dan teman-temannya minum alkohol di apartemennya. Teman-teman asingku
asal Asia memang cukup terbiasa dengan minuman keras. Kita mengenal bahwa orang
Korea suka sekali minum Soju dan orang Jepang suka minum Sake, alkohol
tradisional mereka.
Dalam pesta-pesta
atau kegiatan makan-makan di apartemen kami, minuman beralkohol tak pernah
ketinggalan. Dalam sebuah pesta ulang tahun teman Arabku, teman satu
amartemenku yang asal China ditantang menghabiskan segelas wine dengan seklai
teguk dan ia melakukannya dengan sangat baik. Para pria di ruangan itu
berteriak histeris, tak menyangka si Nona China menghabiskan segelas wine dalam
sekali teguk. Mereka juga tidak menyangka gadis polos itu bisa demikian candu
pada alkohol. Sialnya, pesta itu diadakan di apartemenku.
Mau nolak? Nggak bisa
dong, kan aku tinggal bersama si Nona China dan Nona Jepang. Pesta ulang tahun
itu dilakukan di apartemenku karena yang masak semua masakan untuk si teman
Arab itu adalah Nona Jepang. Sebagaimana kuceritakan di bagian yang lain, si
teman Arabku itu naksir si Nona Jepang.
Nah, begitulah
ceritaku tentang alkohol di kota Fayetteville. Saat aku menjadi bagian dari
komunitas internasional, bukan saja aku dituntut untuk menghargai
pilihan-pilihan orang lain, juga bagaimana menjaga diri dan menghargai budayaku
sendiri.
Jadi, demikianlah ceritaky tentang nyasar di toko bir di kota Fayetteville.
Jakarta, 21 Desember 2013
No comments:
Post a Comment