Beberapa minggu menjelang Natal, kota
Fayetteville dipenuhi cahaya. Pepohonan telanjang berbaju cahaya jika malam
tiba. Cahaya itu keemasan, merah, biru, dan hijau. Aku seperti ada di negeri
dongeng. Seperti Alice yang terlempar ke Wonderland, atau memang sesederhana
realitas yang melemparku ke tanah Amerika berdasarkan prosedur beasiswa.
Seakan-akan musim bersenandung tentang kebahagiaan yang terus berdatangan
layaknya bintang yang bertaburan dari langit. Wajah-wajah kami dipenuhi senyum
manis.
Pada 17 November 2012, aku menyusuri malam.
Malam bercahaya itu bernama “Light of the Ozark” yang berada di
jantung turisme kota Fayetteville. Menjelang musim dingin dan berakhirnya musim
gugur, pepohonan yang telah terbebas dari daun-daun itu dihias dengan lampu-lampu
kecil warna-warni. Dari apartemen aku dan teman-temanku naik Blue Bus ke
kampus, lalu kami berjalan bersama menyusuri Dickson street. Udara sangat
dingin, dan berjalan di kampus yang luas membuat kaki kami mudah sekali terasa
pegal. Tapi, tak akan ada kesempatan lain untuk turut serta merayakan acara
tahunan itu, sehingga kami harus bersabar menahan dingin. Kami terus berjalan,
menikmati malam.
Membuat kenangan |
Bersama Rose dan Duong |
Kami seperti sedang berjalan di negeri yang
dipenuhi bangunan berbentuk balok berwarna coklat. Pepohonan berselimut
lampu-lampu aneka warna. Langit hitam pekat berhias bintang dan purnama yang
benderang. Malam itu benar-benar dipenuhi cahaya. Kawasan Disckson street yang
biasanya ramai menjadi relatif sepi sebab orang-orang sedang berkumpul si satu
titik, di tempat yang paling bercahaya. Kami terus berjalan, seakan-akan kami
adalah rombongan anak kecil yang menanti hadiah dari pemilik pabrik coklat
Willy Wonka.
Saat kami tiba di lokasi, orang-orang telah
ramai berdiri di kedua tepi jalan, menunggu rombongan karnaval. Anak-anak
berdiri di barisan depan dan para orangtua mengawal mereka dari belakang.
Beberapa orangtua memanggul anak-anak mereka di pundak, atau mendorong bayi
kecil mereka menggunakan kereta bayi, dan beberapa pasangan terlihat berpelukan
mesra. Anak-anak yang polos dan imut seperti boneka itu berjingkrak-jingkrak
saat satu peserta karnaval berjalan semakin dekat ke arah mereka, mereka begitu
antusias saat menerima permen atau coklat dari peserta karnaval.
Saat rombongan gadis-gadis cantik berkostum
unik berjalan bersama anjing peliharaan mereka, anak-anak kecil itu berlari
kesana-kemari ingin memegang, mengelus dan mencium anjing-anjing tersebut,
bikin aku merasa ngeri saja. Dari banyak peserta karvanal yang membuat
anak-anak berjingkrak-jingkrak itu, yang paling membuat mereka senang adalah
rombongan anak-anak SD yang terdiri dari bocah-bocah lelaki yang tampan dan
Santa Klaus yang menari sembil bersorak "Ho ho ho ho" dengan
suaranya yang berat dan tua.
Kuda berlampu |
Setiap pengunjung selalu menyempatkan diri
berphoto bersama keluarga atau teman mereka, termasuk aku dan kawan-kawanku.
Ada yang menikmati kopi dan camilan dari penjual di pinggir jalan. Ada yang
tertawa-tawa setelah berphoto, ada yang meninabobokan bayinya di kereta dorong,
ada yang menemani anak-anaknya manaiki kuda poni dan berputar-putar
mengelilingi arena, ada pemain musik yang dikelilingi pengunjung yang
terhipnotis, ada kendaraan polisi, anak-anak berkejaran dan ada purnama di
langit yang terus bergerak ke barat.
Setelah puas, aku dan kawan-kawanku
berjalan pulang. Kami hanya bisa berjalan kaki menuju stasiun bus, sebab kami
tak memiliki kendaraan. Tak lupa kami mampir di sebuah toko yang menjual pernak
pernik khas buatan orang-orang di Asia Tengah, hm, mungkin Tibet. Aku membeli
sebuah buku dari kertas daur ulang bersampul kulit seharga USD 20 dan sebuah
kalung batu USD 5. Kami juga masuk ke sebuah toko yang katanya telah berpuluh
tahun menjual aneka produk mancanegara, made in antarbangsa.
Disana aku melihat berbagai barang khas Yogyakarta. Tak lupa, aku membeli
sebuah kain buatan India, dan bertemu dengan seorang mahasiswa Indonesia asal
Yogyakarta bernama Albert.
Bersama Rose |
Sebagaimana di kampung halamanku, kegiatan
hasil kerjasama masyarakat serupa karnaval yang kusaksikan itu selalu meriah.
Di kampungku, biasanya seluruh warga berkumpul di jalanan pada malam Idul Fitri
untuk menyaksikan Pawai Obor atau pada tanggal 17 Agustus untuk menyaksikan
pawai para peserta upacara kemerdekaan. Ada kapal perang, pesawat terbang,
mobil tentara, hingga orang-orang yang menghiasi diri mereka dengan berbagai
macam benda. Semua bergembira.
Di kota Fayetteville, aku turut bergembira
bersama penduduk dalam menyambut musim dingin. Bagi mereka mungkin menyambut
semakin dekatnya perayaan Natal dan tahun baru. Apapun itu, maknanya tetap
sama. Bahwa, kegembiraan itu akan terasa lebih indah dan bermakna jika
dinikmati bersama-sama dengan teman ataupun keluarga, terlebih jika bersama
seluruh warga kota.
Depok, 31 Desember 2013
No comments:
Post a Comment