![]() |
Padatnya calon penumpang kereta. Sumber: okezone.com |
Kemarin aku ke Jakarta untuk mendaftsr tes IELTS di IALF. Karena itu aku
kembali merasakan pedihnya berhimpit-himpitan di lambung bis trans Jakarta.
Kota ini panas pula. Seorang kawan bilang mungkin panas ini akibat ada
kebocoran sebesar biji sawi di dinding neraka, he he he. Yang
pasti sih ini mixed antara hasil pencemaran udara dan global warming.
Yang paling tidak nyaman adalah ketika harus transit di halte Dukuh Atas dan
Harmoni yang sesaknya menyerupai antrian penumpang di musim mudik lebaran.
Lalu, aku dan temanku ke Roxy Square di Jakarta Barat. Aku kesana untuk hunting gadget. Untuk kembali ke Depok, aku nggak mau pakai Busway untuk ke Manggarai, bisa mati kegencet aku di dalam bis itu. Sore hari adalah waktunya para pekerja kembali ke rumah, dan ada ribuan manusia yang selalu berebut. Jadi, aku tancap gas ke Stasiun Tanah Abang.
Lalu, aku dan temanku ke Roxy Square di Jakarta Barat. Aku kesana untuk hunting gadget. Untuk kembali ke Depok, aku nggak mau pakai Busway untuk ke Manggarai, bisa mati kegencet aku di dalam bis itu. Sore hari adalah waktunya para pekerja kembali ke rumah, dan ada ribuan manusia yang selalu berebut. Jadi, aku tancap gas ke Stasiun Tanah Abang.
Eh, Mamang Ojeknya ternyata adalah pelanggar
peraturan lalu lintas. Ia melaju di jalan dengan cara berlawanan
arah, siap membawaku ke kematian. Dan, stasiun telah dipenuhi ratusan manusia
yang mengantri, yang mau pulang ke arah Bogor. Di kereta, aku benar-benar
kejepit!!!!!
CL
jurusan Jatinegara-Bogor itu sudah sesak saat ia datang, dan aku bersama para
ratusan penumpang lain tetap memaksa masuk. Tidak mungkin kan menunggu kereta
lowong. PT. KA memang tidak adil. Seharusnya para petugas selalu bersiap di
pintu dan mampu membatasi jumlah penumpang yang masuk. Gak apa-apa sih kereta
penuh, karena toh pemakainya memang banyak, tetapi mereka punya kewajiban untuk
menjadikan kereta berbayar Rp. 8000 ini manusiawi.
Setiap penumpang ingin
pulang cepat ke rumahnya, tetapi PT. KA berkewajiban menjaga keselamatan
penumpangnya, bukan saja dari kecelakan teknis melainkan juga dari kecelakan
tak bisa nafas akibat rebutan udara atau tulang patah karena terjepit.
Kemarin,
adalah perjalanan Tanah Abang-Depok via CL yang paling menyebalkan dalam
sejarah perjalananku menggunakan KA. Petugas pada kemana? Kereta yang penuh
sesak terus saja diisi oleh penumpang di setiap stasiun, tanpa ada petugas yang
mengawal di setiap pintu dan mengatur jumlah penumpang.
Jumlahnya sudah sangat
keterlaluan sampai-sampai aku terjepit dan lutut penumpang di belakangku terasa
bagai batu yang menghimpitku. Sekeluarnya dari CL di stasiun UI, badanku
sakit-sakit semua seperti baru pulang berkebun.
Depok,
15 Maret 2013
No comments:
Post a Comment