![]() |
Museum cantik di tengah lembah. Sumber: artnews.com |
Nama lengkap museum ini adalah Crystal
Bridges Museum of American Art. Museum canggih ini beralamat di 600
Museum Way Bentonville, Arkansas 72712, United States. Aku dan
teman-temanku berkunjung ke museum tersebut pada 15 Desember 2012, bersama
koordinator program kami, Ms. Alannah yang sangat baik hati.
Museum ini dibangun oleh Alice Walton, putri konglomerat Sam Walton yang
mendirikan pusat perbelanjaan bernama Walmart sejak 1950. Museum
ini dibuka secara resmi pada 11 November 2011. Museum yang didesain
oleh Moshe Safdie dan arsitek Buro Happold ini
menyimpan aneka produk seni Amerika yang bernilai sangat tinggi mulai dari
lukisan dari masa kolonial hingga masa kini. Juga beberapa patung unik.
Disubsidi oleh Walton
Family Foundation sebanyak USD $800 million, museum
ini menjadi museum baru di Amerika yang menjadi salah satu museum yang kaya dan
memiliki koleksi bernilai seni tinggi yang bersaing dengan museum-museum kaya
di Washington, Chicago, New York dan Los Angeles. Mereka menyebutnya sebagai 'Walton
effect'. Jika di Indonesia, pengusaha sekaya Abu Rizal Bakrie atau
Salim grup mendirikan museum semacam ini pasti bisa. Atau mungkin aku harus
kaya raya dulu baru bisa mendirikan museum semacam ini.
Pohon perak di halaman museum |
Tapi seorang Amerika bilang bahwa sebenarnya
yang membangun museum ini bukanlah Alice Walton ataupun keluarga Walton yang
kaya raya itu, melainkan para buruh di China. Saat kutanya apa alasannya
dia bilang bahwa sebagian besar produk yang dijual di Walmart adalah produk
China. Jika produk yang dijual di Walmart begitu murah dan tersebar di
seantero Amerika, "You can imagine how cheap they pay Chinese
labors," katanya.
Katanya, keluarga Walton hanya menyalurkan keringat
buruh di China untuk membangun museum ini. Hm, aku jadi ingat sebuah film
dokumenter tentang buruh pabrik sepatu Nike dan Adidas di Indonesia yang
nasibnya kupikir sama dengan buruh di China yang memasok barang ke Walmart dan
ke seluruh dunia. Saking rendahnya upah mereka, mereka bahkan tidak bisa
membeli produk yang buat. Karl Mark menyebutnya sebagai Alienasi/
keterasingan dari pekerjaan. Buruh yang dibayar murah itu ibarat budak-budak dari penjajahan
modern, yang telah lama meninggalkan cambuk dari rotan dan menggantinya dengan
cambuk imajiner berupa hutang.
Apa yang kamu dengar? |
Saat mataku menengadah ke bagian tertinggi
bangunan museum ini, aku tahu bahwa museum megah ini adalah dilema. Museum ini
dibangun bukan saja oleh intelektualitas sang desainer dan arsitek, juga oleh
kesempatan dan ambisi Alice Walton, tetapi juga oleh airmata dan
kesedihan para buruh di China atau wilayah manapun yang produknya dijual
oleh Walmart. Semoga analisisku tidak salah.
Aku dan teman-temanku berkeliling. Kami mendapat
izin dari petugas untuk memotret dan merekam bagian dalam museum yang memajang
koleksi-koleksi keren dan mahal. Saat aku masuk aku hanya bisa bilang, WOW!
Museum ini benar-benar memiliki koleksi yang mahal, berkualitas dan membuatku
kagum. Namun, dari keseluruhan koleksi lukisan, aku hanya menyukai satu
lukisan. Mata dan hatiku benar-benar terpikat oleh lukisan tersebut. Kisah
dalam lukisan itu sangat sederhana, tentang seorang petani dan wilayah tempat
tinggalnya di dalam hutan. Namun, sang pelukis begitu piawai mengkombinasikan
warna sehingga lukisan tersebut seperti hidup, terutama cahaya matahari pagi
yang menyinari wilayah tersebut. Benar-benar keren.
Dibagian lain museum ini terdapat kafe, Museum
Shop, ruangan khusus untuk rapat atau seminar, dan ruangan yang akan dibangun
perpustakaan. Arsitektur museum ini benar-benar memikat dan menyatu dengan
alam. Museum ini dibangun di wilayah lembah yang merupakan lokasi serapan air.
Sambil menikmati makanan atau alam sekitar yang sejuk dan asri, aku juga
menikmati dua kolam besar yang riaknya memantul di dinding kaca serupa tarian
perak. Sungguh indah. Memandangi dan menikmatinya membuatku teringat akan
temanku di Kabupaten Way Kanan yang memiliki rencana mengajukan pembangunan
embung/wilayah resapan air yang dibangun serupa kolam besar/ situ.
Aku jadi
berkhayal tentang perlindungan wilayah resapan air di Indonesia yang bisa
dibangun serupa konsep museum ini, yaitu membangun museum, perpustakaan,
sekolah, kantor atau gedung pemerintah diatas lokasi situ. Dengan demikian
lokasi resapan air akan terlindungi, serta mendatangkan pendapatan daerah dari
wisatawan yang datang. Aku yakin pemerintah, pengusaha ataupun
masyarakat di Indonesia bisa melakukannya lebih baik dari yang dilakukan oleh
orang Amerika. Kini, yang diperlukan hanyalah kemauan dan kerjasama. Aku siap
bergabung didalamnya.
Depok,
Selasa 1 Januari 2013
No comments:
Post a Comment