![]() |
Habibie dan Ainun |
Jum'at, 28 Desember
aku dan beberapa kawan nonton film "Habibie & Ainun" di
Depok Town Square. Hasilnya, kami banjir air mata dan pulang dengan wajah
sembab. Film dibuka dengan suasana SMK dimana Habibie dan Ainun sekolah.
Seorang guru mengatakan bahwa "Kalian berdua ini memang berjodoh,"
saat menyadari persamaan kecerdasan Habibie dan Ainun. Lalu kisah melompat ke
masa-masa Habibie kuliah di Jerman, seorang mahasiswa asal Indonesia yang
sangat cerdas dan membuat terpukau para dosen. Karena terlalu sibuk belajar,
Habibie lupa akan kesehatannya dan akhirnya mengidap Tuberculosis yang nyaris
mencabut nyawanya.
Saat seorang Suster perawatnya mengatakan pada temannya bahwa Habibie berasal
dari Indonesia, suster yang lainnya bertanya, "Indonesia, dimana
itu ya?", maka kami seisi studio satu tertawa terbahak-bahak. Lalu
Habibie diberi cuti selama 3 bulan untuk pulang ke Indonesia, dan bertemulah
dengan Ainun, kawan sekolahnya, menjelang malam Hari Raya Idul Fitri. "Ainun,
kamu cantik. Dari gula jawa jadi gula pasir." Setelah dua bulan
pacaran, bulan ketiga mereka menikah dan setelah berbulan madu mereka berdua
berangkat ke Jerman, membangun keluarga sakinah.
cinta kita melukiskan sejarah
cinta kita melukiskan sejarah
menggelarkan
kisah penuh suka cita
sehingga
siapa pun insan Tuhan pasti tahu
cinta
kita sejati..."
(Cinta
Sejati, Habibie & Ainun ost)
Sebagai mahasiswa S3, Habibie tidak memiliki
banyak uang sehingga mereka harus mengawali kehidupan rumah tangga dengan
sederhana. Lalu Habibie bekerja di sebuah perusahaan kereta api dan menjadi
pemimpin sebuah proyek. Meski ia dikenal cerdas soal teknologi pesawat terbang,
orang-orang meragukan kemampuannya dalam teknologi kereta api, sampai-sampai
ada yang bilang "Saya ragu si insinyur itu bisa menyukseskan
proyek ini, kereta api untuk negaranya saja diimpor dari sini." Tapi
kemampuan Habibie membuat mereka tercengang, percobaannya sukses dan akhirnya
Habibie punya pekerjaan bagus yang memberinya penghasilan tambahan.
Kehidupan mereka membaik. Keluarga kecil mereka semakin ramai dengan lahirnya
Ilham dan Thareq. Tapi malang, Ainun terindikasi menderita kanker ovarium dan
harus menjalani pengobatan. Selama ini Ainun selalu menyembunyikan penyakitnya
agar Habibie tak kuatir. Ainun lebih memperhatikan kesehatan Habibie dan
anak-anaknya dibanding kesehatannya sendiri. Setelah sembuh, Ainun bekerja di
rumah sakit di Anchen, ia ingin menolong orang banyak dengan kemampuannya
sebagai dokter anak.
Setelah lulus S3 Habibie mencoba mengabari pemerintah Indonesia (masa Orde
Lama) karena ia ingin kembali dan membangun industri pesawat terbang nasional.
Namun permintaannya ditolak karena kondisi keuangan negara Indonesia yang belum
stabil. Habibie sedih, namun Ainun menenangkannya dan menghiburnya. Lalu pada
pemerintahan Orde Baru, Habibie memperoleh panggilan khusus dari kedutaan besar
RI di Jerman yang mengatakan bahwa Habibie harus pulang ke Indonesia dan turut
serta membangun Indonesia yang saat itu sedang giat membangun dibawah
kepemimpinan Presiden Soeharto.
Lalu Habibie pulang ke Indonesia dan mendapat perlakuan khusus, dan bertemu
presiden Soeharto. Idenya untuk membangun jaringan antar 17.000 pulau di
seluruh Indonesia dengan menggunakan pesawat terbang menarik perhatian presiden
Soeharto. Lalu Habibie diangkat menjadi Menteri Riset dan Teknologi, serta
dibantu membangun Institut Pesawat Terbang Nasional (IPTN) di Bandung. Ainun
kembali ke Indonesia dan mendampinginya.
Saat menjadi menteri, datang banyak godaan
untuk korupsi. Mulai dari pengusaha hingga orang-orang dari TNI/ABRI merayunya
untuk melakukan korupsi. Habibie yang polos dan tak memahami politik nyaris
saja tergelincir andai saja Ainun tak mengingatkannya untuk
berhati-hati. Kesibukan Habibie nyaris tak menyisakan waktu untuk keluarganya.
Bahkan sekedar untuk menyadari rahasia Ainun yang menyembunyikan penyakitnya
yang semakin parah. Habibie terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai menteri
dan janjinya pada presiden untuk segera membuat pesawat terbang nasional.
Habibie selalu terbangun di malam hari dan belajar di perpustakaan.
Kamis, 10 Agustus 1995, IPTN telah melahirkan
sebuah pesawat bernama N-250 Gatotkoco. Pesawat ini menggunakan teknologi
paling mutakhir, dan merupakan pesawat ketiga yang menggunakan teknologi fly
by wire setelah Airbus A-340 dan Boeing 767 yang merupakan pesawat
penumpang jet berkapasitas besar. Puluhan ribu pasang mata menyaksikan N-250
terbang di udara, diberitakan oleh berbagai media nasional dan internasional,
serta disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia.
Namun, kesuksesan tersebut dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak terutama
pihak asing. Mereka menuding Indonesia membeli pesawat dari luar negeri,
mengecat ulang dan memberinya nama N-250, yang membuat Habibie sangat sedih.
Ainun menghiburnya dan meneguhkan semangatnya. Janjinya pada Ainun untuk
membuatkan Indonesia sebuah pesawat terbang tertunaikan sudah, bertepatan
dengan hari ulang tahun Ainun.
Janji Habibie untuk lebih memperhatikan Ainun
dan kedua putra mereka tak bisa dipenuhi saat tugas baru dibebankan negara
padanya. Habibie didaulat untuk menjadi wakil presiden. Pekerjaan semakin
menumpuk dan Ainun senantiasa mendampinginya kemana-mana dan merawat kesehatan
Habibie yang kian menurun. 1997-1998 kondisi keuangan Asia memburuk dan
Indonesia kena imbasnya. Krisis multidimensi membuat stabilitas ekonimi, politik
dan kemanana menjadi kacau balau dan rakyat menuntut presiden Soeharto mundur
dari jabatannya. Reformasi bergulir menakutkan, huru hara dimana-mana.
Mei 1998 Soeharto mundur dari jabatannya dan
Habibie menggantikannya menjadi presiden. Harapan Ainun untuk hidup tenang
luluh lantak. Hal-hal besar tersebut tak pernah mereka rencanakan, tapi
menghampiri mereka tanpa diminta. Tugas Habibie semakin berat dan Ainun harus
menutupi penyakitnya yang semakin parah agar Habibie bisa menjalankan tugasnya
dangan baik. Mereka menjadi pemimpin bagi lebih dari 200 juta warga Indonesia
dan Ainun senantiasa mendampingi Habibie dan memperhatiakn kesehatannya.
"Kamu itu
pemimpin negara. Kalau kamu tidak bisa memimpin tubuhmu sendiri, bagaimana kamu
bisa memimpin tubuh 200 juta orang? Istirahat lah." Nasehat pedas Ainun saat Habibie tidak tidur
semalaman karena harus membuat keputusan mengenai jajak pendapat di provinsi
Timor-Timur. Dalam kondisi sakit Ainun menjalankan tugasnya sebagai ibu negara
dan selalu tersenyum agar rakyat Indonesia tahu bahwa Ainun sehat.
Masa kepemimpinan Habibie yang singkat dengan
beberapa kebijakan yang ekstrem membuatnya memiliki banyak musuh di
pemerintahan. Ia dituduh korupsi dan laporan pertanggungjawabnnya ditolak
MPR/DPR. Berbagai media menggambarkannya sebagai pemimpin yang buruk. IPTN
ditutup atas desakan IMF. Semua menuding Habibie semakin mengacaukan kondisi
negara, dan lupa pada banyak jasa besar Habibie selama masa transisi tersebut.
Dengan kesedihan yang mendalam Habibie atas
tudingan-tudingan yang diarahkan padanya, ia memutuskan untuk tidak mencalonkan
diri sebagai Presiden di periode berikutnya dan fokus pada kesehatan Ainun.
Sakit Ainun semakin parah dan harus menjalani pengobatan intensif. Mereka
kembali ke Jerman untuk kesembuhan Ainun. Operasi yang dijalani Ainun gagal
dan ia membutuhkan berbagai peralatan medis untuk bertahan hidup.
Meski demikian, Ainun masih memikirkan kesehatan Habibie dan menyanyakan jadwal
Habibie minum obat. Ainun terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya sangat
lemah. Habibie bersikeras bahwa Ainun harus sembuh sebab Habibie harus membalas
segala pengorbanan Ainun di masa tua mereka dengan hal-hal yang menyenangkan.
"Ainun tidak berkorban, tapi memilih. Ainun sudah
memilihmu sejak kamu datang ke rumahnya malam itu." Ujar sahabat Ainun untuk menenangkan Habibie, sehingga
Habibie bisa merelakan Ainun pulang kepada Tuhan. Ainun menutup mata di hari
ulang tahun pernikahan mereka yang ke 48 tahun, dengan ucapan terima kasih
Habibie atas cinta Ainun yang sungguh besar.
Begitulah ulasanku tentang film Habibie & Ainun
yang sangat menyentuh kalbu dan menginspirasi. Kisah mereka berdua
mengingatkanku pada sebuah pepatah: dibalik seorang lelaki hebat,
pastilah ada seorang istri yang hebat. Kehebatan Habibie adalah hasil
dari kehebatan cinta Ainun dan kebesaran hati Ainun sebagai istri, juga cinta
suci mereka.
Kisah dalam film ini memang tidak sedetail
kisah dalam buku dengan judul yang sama yang ditulis pak Habibie. Bagiku,
rangkuman kisah cinta dan perjuangan selama 48 tahun antara pak Habibie dan Ibu
Ainun sudah cukup digambarkan film ini. Dalam kesucian cinta mereka membangun
keluarga sakinah, membangun bangsa dengan ilmu dan pengabdian yang tulus serta
menjadi inspirasi.
Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Arab, Jerman dan Jepang.
Kisah cinta adalah kisah universal. Karena itu, alangkah bahagianya jika dunia
bisa menjadikan kisah cinta Habibie dan Ainun sebagai inspirasi. Cinta yang
saling menguatkan, saling mengingatkan, saling memberi, saling melindungi dan
berlandaskan iman kepada Tuhan.
Kelak, jika aku menjadi istri seseorang, aku ingin menjadi
seperti Ainun bagi Habibie.
Depok, 31 Desember 2012
No comments:
Post a Comment