Bersama keluarga Taylor. Foto by: Robert Taylor |
Kamis, 22 November 2012 aku dan seorang kawan dari Korea Selatan menjadi tamu pada Thanksgiving Dinner di keluarga Taylor. Kegiatan ini merupakan "Thanksgiving with a Host Family" program. Ada lebih dari 70 orang siswa dari berbagai negara yang mengikuti program ini bersama sekitar 30an keluarga Amerika. Aku dijemput Mr. Robert Taylor pada pukul 10.30 a.m di apartemenku. Rumah mereka beralamat di 4210 E Ashley Lane, Fayetteville, AR 72701 di wilayah timur kota Fayetteville.
Saat tiba di rumahnya,
pertama-tama Rob mengajakku dan Young untuk melihat-lihat Mother Home milik
mereka, yaitu sebuah mobil mewah layaknya sebuah istana kecil yang biasa
dipakai Rob dan Istrinya, Johnnie untuk jalan-jalan keliling Amerika. Wow Wow
wow! enggak tahu deh berapa juta dollar harga mobil tersebut. Didalam
mobil itu ada 2 buah televisi, 2 buah sofa yang kalau disatukan bakal jadi
ranjang ukuran Queen, 1 buah kamar tidur, 1 kamar mandi lengkap dengan
mesin cuci, 1 toilet, 1 dapur canggih, kulkas dan lemari pakaian. Ada
tombol-tombol yang bisa bikin beberapa bagian bergerak mundur dan bikin suasana
didalam mobil bertambah lebar, jadi serasa di rumah.
Di bagian bawah
mobil, ada tiga buah gudang tempat Bob menyimpan berbagai peralatan untuk
bersih-bersih, berkemah dan alat-alat perbengkelan. Di bagian belakang mobil
ada tempat khusus untuk menaruh Jeep merah kesayangan mereka. Tahun
ini, Rob dan Jhonnie berencana pensiun dari segala kegiatan dan menikmati
masa tua dengan bersenang-senang dan jalan-jalan. Dari semua cerita
Rob, aku tahu bahwa ia dan istrinya merupakan pasangan yang bahagia dan
punya selera yang sama.
Aku tahu, wilayah tempat Rob
tinggal adalah wilayah orang-orang kaya di Fayetteville. Cukup dengan
melihat bentuk dan ukuran rumah, kendaraan yang mereka miliki dan luas halaman
yang mereka miliki. Saat masuk rumah, kami disambut
pelukan Jhonnie yang berhenti sejenak dari
kesibukan memasak berbagai hidangan. Langsung saja kami membantu
Jhonnie mengupas kentang untuk dijadikan menu dinner kami *kupikir ini lunch sebab kami makan jam 1 siang*.
Dapurnya itu loh, canggih *hm, jadi kepengen
punya dapur kayak begitu* dan ya cuma bisa dimiliki mereka
yang punya uang banyak. Lalu muncullah Ibunya Johnnie yang akan membuat
salad dari bunga kol dan John, anak bungsu mereka yang baru bangun tidur. Tak
lama kemudian muncul beberapa anggota keluarga seperti Nephew dan Niece-nya
Rob bersama anak-anak mereka yang lucu, ibu dan adik Rob dan
ramailah suasana rumah.
Bersama nenek |
Bersama MKenzie |
Selain menu yang telah disiapkan
Jhonnie, anggota keluarga yang datang juga membawa makanan. Ada beberapa
jenis makanan khas Thanksgiving seperti Turkey/ kalkun, jagung manis, kentang,
ubi dan aneka biskuit. Biskuit yang dibuat oleh Jhonnie merupakan biskuit
kesukaan Rob, dan kamipun menyukainya. Tak seperti layaknya Thanksgiving Dinner
yang kulihat di televisi dalam film-film Amerika, di keluarga ini tidak
berkumpul dalam satu meja dan berdo'a, tapi langsung makan. Setiap makanan
disajikan di meja ala prasmanan dan kami dipersilakan mengambil makanan
apapun yang kami suka. Setiap orang terserah mau duduk dimana saat makan. Aku,
ibunya Rob, Jhonnie, Young, John, McKenzie dan ibunya duduk di meja makan dan
kami bgobrol banyak hal saat makan. Hm, nggak ada makanan pedas dan ketupat.
Uniknya, setiap anggota keluarga
yang membawa makanan akan membawa kembali makanannya jika
makanan tersebut nggak habis. Lalu, mereka juga boleh membawa makanan apa
pun yang terhidang di meja untuk dibawa ke rumah mereka masing-masing. Nggak
lupa, Johnnie juga membungkuskan kami makanan untuk kami bawa pulang. Dengan
senang hati aku membungkus beberapa biskuit dan cake, salad, kentang,
telur, dan sayuran panggang. Lumayan buat dinner di rumah, jadi nggak perlu
masak.
Tiga generasi. |
Sebelum pulang kami
ngobrol-ngobrol sambil menikmati es teh, menyaksikan pertandingan Football
yang sangat digilai Jhonnie dan John, dan menemani ibunya Johnnie menyuir-nyuir
sisa daging Turkey. Kami juga bermain-main dengan dua anjing peliharaan
mereka yang manja. Kami berbagi cerita tentang tradisi di negara
masing-masing, dan bercerita tentang liburan idul fitri, idul adha, natal,
galungan, nyepi dan imlek. Ibunya Johnnie bahkan bertanya padaku tentang Jilbab
dan rambutku, dan pada momen inilah aku berbagi pengetahuan tentang Islam
pada mereka.
"Are you Muslim?" Tanyanya.
"Yes,"
kataku dan beliau melanjutkan
"I am Christian," sambil
tersenyum.
"Do you wear this everyday?" tanyanya sambil
mengarahkan matanya pada jilbab merahku.
"Yes, of course.
Because i am a Muslim, I wearing my head scraf everyday if i go
to outside. But in my home, i didn't," dan kubilang padanya seperti
apa rambutku, hehehe.
Dua anjing peliharaan keluarga Taylor |
Kami juga bercerita tentang budaya makan di negaraku
dan Korea Selatan. Kubilang bahwa di Indonesia, orang lebih suka makan
menggunakan jari-jari mereka, dan hanya menggunakan sendok dan garpu jika
mereka makan makanan berkuah seperti sup. Sementara di Korea Selatan
orang-orang makan menggunakan sumpit. Rob bercerita tantang pengalaman
pertamanya menggunakan sumpit saat berkunjung ke Jepang dan di restoran tempat
ia makan mereka tidak memiliki sendok dan garpu. Dia bilang betapa sulitnya
makan menggunakan sumpit dalam keadaan sangat lapar. Kami pun tertawa.
Bersama Robert dan Jhonnie Taylor. Foto by: Young |
![]() |
Rumah keluarga Taylor |
Jam 3 sore, kami berpamitan, tak
lupa nenek memelukku dan Young. Aku dan Young diantar Rob dan Jhonnie
menggunakan Jeep kesayangan mereka. Bagiku, pengalaman ini sungguh tak
terlupakan. Kami berbagi pengetahuan dan budaya masing-masing dan bicara
dalam bahasa universal hingga kami bisa saling mengerti indahnya
perbedaan.
Fayetteville,
23 November 2012
No comments:
Post a Comment