Berfoto di halaman gedung Spring International Language Center, Fayetteville. Foto by: Rizia |
Dari
jendela kamar kulihat purnama yang benderang diatas langit Fayetteville,
menjadi penyempurna malam yang tenang, gelap dan dingin menggigit. Seminggu
sudah aku tinggal di kota ini. Fayetteville merupakan kota kecil di negara
bagian Arkansas yang penuh warna, natural, bersih, aman, ramah dan tentu saja
modern. Setiap orang yang kutemui selalu mengatakan bahwa Fayetteville
merupakan kota yang baik untuk tinggal dan belajar.
Namun, bagiku, manusia yang
berasal dari daerah tropis, udara Fayetteville benar-benar dingin meski masih
musim gugur. Tinggal di Fayetteville untuk pertama kalinya membuatku sering kehilangan
selera untuk jalan-jalan karena udara yang teramat dingin.
Oh ya, Aku
tiba di Fayetteville setelah terbang selama kurang lebih 22 jam *waktu transit tidak dihitung loh* pada
22 Oktober 2012 pukul 5 sore waktu setempat, dari Jakarta, transit di bandara Narita, Jepang, lalu transit lagi di George Bush Intercontinental Airport di Housten, Texas, lalu melanjutkan perjalanan dengan pesawat kecil ke Arkansas.
Suasana halaman apartemen tempat tinggalku selama di Fayetteville |
Pojokan kesukaan saat nongkrong sore-sore |
Suasana halaman apartemen |
Hari sudah sore saat aku tiba di Bandara Koordinator programku di Spring
International Language Center, Alannah Massey, menjemputku
di bandara. Kami lalu berkendara menuju tempat tinggalku selama di
Fayetteville, tepatnya di Georgetown Apartment di 835 West Lawson
Street tak jauh dari University of Arkansas. Di perjalanan kami
bercerita tentang siapa diri kami masing-masing sambil sesekali aku
bertanya tentang hal-hal menakjubkan yang kulihat selama perjalanan.
Tipikal bangunan di kota Fayetteville |
SEARS, sebuah mall tempat aku belanja hal-ha seperti baju dan sepatu |
WOW,
ini loh Amerika. Landscape Fayetteville mirip dengan
wilayah country/perdesaan di film-film Amerika yang sering
kutonton. Di Fayetteville Aku tinggal serumah dengan dua orang
kawan dari Jepang dan dari China, di Georgetown Apartment. Ryoko, teman sekamarku sedang hang
out bersama teman-temannya saat aku datang. Hanya Hui, teman dari
China, yang menyambutku. Sama halnya denganku, mereka belajar di
SILC untuk meningkatka kemampuan berbahasa Inggris sebelum melanjutkan kuliah di kampus impian mereka.
Sureprise, itulah perasaanku saat pertama kali
tiba di Fayetteville dan menikmati keindahan kecil nan asri ini. Gak bisa
menggambarkannya dengan kata-kata. Wonderful, beautiful, colorful and i'm
speachless. Pohon-pohon dengan daun berwarna-warni, burung-burung
yang terbang bebas di udara, langit yang bersih, lahan pertanian dan
peternakan yang luas, rumah-rumah dengan arsitektur unik, dan kehidupan
modern yang tak bisa dinafikan. Ini Amerika.
Dimana-mana
terdapat daun-daun yang berguguran, menutupi tanah ibarat permadani berwarn
coklat buatan Persia. Aku hanya tahu itu daun dari pohon maple yang siap
menyambut musim dingin/winter. Aku belum bisa mengidentifikasi nama-nama
pohon yang ada di Fayetteville. Halaman dan jalan yang penuh daun yang
berguguran itu tak perlu disapu, sebab percuma, karena sebelum musim
dingin tiba semua daun di pohon-pohon itu akan menggugurkan daun-daunnya sebagai
bentuk siklus pertahanan. Mungkin daun-daun itulah yang menjadi humus bagi
tanah, yang difermentasi selama musim dingin, dipendam didalam tanah dan
ditimpa dinginnya salju.
Cuaca
di Fayetteville tak bisa diprediksi dengan baik. Sesekali cuaca cerah dengan
sinar matahari yang hangat layaknya pagi hari, kadang turun hujan disertai
angin yang sangat dingin. Beberapa hari, saat harus berangkat jam 7.45 am, pagi masih
gelap layaknya jam 5 pagi di Indonesia dan siang berjalan lebih panjang
dari malam. Minggu pertama proses menyesuaikan diri tidak berjalan mulus. Kulitku
terkelupas layaknya kulit bayi dalam masa transisi, aku lelah karena kurang
minum dan malas makan karena tidak keluar keringat, dan tentu saja malas bangun
kalau sudah tidur lelap sebab begitu nyaman berada dibalik selimut yang hangat.
Tapi, para guru tidak membiarkan kami tenang dan memberikan banyak PR untuk
kami kerjakan, sebagai alarm bahwa kami tidaklah gratis belajar di SILC.
Tadi
pagi, rumput beku seakan-akan bersiap menyambut datangnya salju, tapi siang
hingga sore hari cuaca cerah dan lumayan hangat. Daun-daun semakin merah dan
coklat, semakin bersiap menyambut musim dingin. Aku pun harus
bersiap semaput kedinginan.
Minggu pertama di kota ini merupakan proses penyesuaian. Aku menyesuaikan diri dengan segala hal. Pertama-tema tentu saja dengan aturan main di apartemen, terlebih aku sekamar berdua dengan orang asing. Mulai dari aturan menggunakan kamar mandi, menyimpan makanan di kulkas dan lemari di dapur, memasak, membersihkan apartemen, menggunakan mesin cuci hingga interaksi dengan seluruh penghuni apartemen yang merupakan mahasiswa dari berbagai bangsa.
Mereka yang tinggal di apartemen ini merupakan mahasiswa asing yang menjalani pendidikan di SILC. Tujuan kami sama, yaitu belajar bahasa Inggris demi menembus universitas yang kami inginkan. Mungkin, hanya aku dan rombonganku saja yang belajar di kota ini sebagai hadiah kecil dari beasiswa kami, tersebab kami gagal belajar ke luar negeri.
Jadwal kami selama short course ini sangat sibuk. Senin-Jumat pukul 09.00-15.00 waktu setempat kami belajar bahasa Inggris di SILC. Sementara Sabtu dan Minggu digunakan untuk kegiatan lain, seperti eksplorasi dan kegiatan kepemimpinan yang telah disiapkan manager program kami.
Di Mount Sequoyah, membelakangi kota yang padat |
Berfoto di kapel luar ruangan bermandikan cahaya matahari |
Mount Sequoyah, pusat keagamaan suatu sekte dalam Kristen |
Aku dan teman-temanku dari berbagai negara |
Berlatar Danau Fayetteville |
Di sebuah dek membelakangi Danau Fayetteville |
Minggu pertama ini kami diajak jalan-jalan ke Bukit Sequoyah, semacam pusat pengajaran agama Kristen. Trus, disana juga ada kapel outdoor tempat orang melangsungkan pernikahan. Romantis ya. Kami juga jalan-jalan ke area sekitar danau Fayetteville, sebuah lokasi surga memancing. Asyiknya di area sekitar danau ada berbagai fasilitas olahraga dan rekreasi yang dapat dinikmati warga dengan senang hati. Suatu perpaduan yang menyenangkan untuk warga menjalin silaturahmi antar mereka sembari menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan jiwa dan pikiran.
Berpose dulu di keramaian Farmers Market di alun-alun kota |
Kami juga dibawa jalan-jalan ke Farmers Market, yang terletak di alun-alun kota, nggak jauh dari kampus Universitas Arkansas. Aku bertemu dengan sejumlah orang Asia yang ternyata memiliki usaha pertanian dan rajin jualan di Farmers Market ini. Ada banyak hal dijual selain produk pertanian, seperti produk kerajinan hingga camilan. Sayangnya, aku tidak belanja banyak karena stok makanan di apartemen masih banyak. Karena uang saku harus dibelanjakan dengan bijak, maka aku memilih berhemat,
Pengalaman minggu ini sangat menyenangkan. Membuatku ketagihan untuk melakukan eksplorasi kota. Aku ingin mengetahui lebih banyak hal unik dan menarik di kota kecil yang asri dan bersih ini. Aku ingin menciptakan kenangan indah di kepalaku tentang kota ini.
Pengalaman minggu ini sangat menyenangkan. Membuatku ketagihan untuk melakukan eksplorasi kota. Aku ingin mengetahui lebih banyak hal unik dan menarik di kota kecil yang asri dan bersih ini. Aku ingin menciptakan kenangan indah di kepalaku tentang kota ini.
Fayetteville,
29 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment