Seorang kawan blogger (Dwi Agustriani)
mengatakan bahwa menulis itu sama dengan menabung. Dibandingkan dengan hobi
yang lain seperti mengkhayal, menggambar dan berkebun bunga, sejak kecil aku
lebih suka menulis. Aku menulis tentang apa saja. Aku menulis di buku pelajaran
sekolah, di halaman belakang photo, di album photo, di dinding dan di telapak
tanganku sendiri. Sebelum aku suka menulis aku suka sekali bercerita. Sesekali
sepupuku memintaku bercerita sebelum ia tidur, dan aku lupa aku pernah
bercerita tentang apa saja. Banyak hal tentang masa kecil luput dari ingatanku.
Ya, aku suka menciptakan tokoh-tokoh untuk ceritaku dan membuat tokoh-tokoh itu seolah hidup dengan lidi yang kupatahkan, dan membuat rumah untuk mereka dari tanah berundak yang kuukir dengan menumbuknya menggunakan batu. Aku menciptakan dunia imajinasiku di halaman rumah, di taman sekolah, di buku tulisku, dan di langit pagi yang dipenuhi gumpalan awan. Aku tak tahu kemana semua buku itu, mungkin aku lupa menaruhnya disuatu tempat atau mungkin aku telah membuangnya.
Sebelum aku mengenal internet dan tentunya mengenal rumah maya melalui website, aku menulis di buku yang kubuat sendiri. Aku menulis tentang apa saja, mulai dari khayalan, catatan hutang, kemarahan, kegiatan sehari-hari, kekesalan, cinta dan ketakutan. Satu dari tiga diari itu hilang, entah kemana dan aku sangat terpukul. Aku kehilangan kisahku yang kutulis dengan tekun, beberapa kali dalam seminggu, bahkan kadang setiap hari. Tak mudah mengumpulkan ingatan dalam kepala secara detail sebagaimana menuangkannya dalam tulisan sehingga bisa dibaca kembali.
Ya, aku suka menciptakan tokoh-tokoh untuk ceritaku dan membuat tokoh-tokoh itu seolah hidup dengan lidi yang kupatahkan, dan membuat rumah untuk mereka dari tanah berundak yang kuukir dengan menumbuknya menggunakan batu. Aku menciptakan dunia imajinasiku di halaman rumah, di taman sekolah, di buku tulisku, dan di langit pagi yang dipenuhi gumpalan awan. Aku tak tahu kemana semua buku itu, mungkin aku lupa menaruhnya disuatu tempat atau mungkin aku telah membuangnya.
Sebelum aku mengenal internet dan tentunya mengenal rumah maya melalui website, aku menulis di buku yang kubuat sendiri. Aku menulis tentang apa saja, mulai dari khayalan, catatan hutang, kemarahan, kegiatan sehari-hari, kekesalan, cinta dan ketakutan. Satu dari tiga diari itu hilang, entah kemana dan aku sangat terpukul. Aku kehilangan kisahku yang kutulis dengan tekun, beberapa kali dalam seminggu, bahkan kadang setiap hari. Tak mudah mengumpulkan ingatan dalam kepala secara detail sebagaimana menuangkannya dalam tulisan sehingga bisa dibaca kembali.
Dua tahun terakhir aku lebih suka menulis di
blog, lebih atraktif dan bisa dibaca banyak orang. Mungkin bisa menjadi
inspirasi bagi yang membutuhkan inspirasi dan bisa menjadi bacaan yang penuh
keisengan bagi mereka yang numpang lewat. Namun, menulis di blog memiliki
batasan. Tak semua hal bisa ditulis, tak semua hal bisa dipublish. Bukan karena
aku sengaja tak ingin jujur, tetapi dunia ini memiliki etikanya sendiri. Dan
aku mencoba untuk bertindak sopan di rumah mayaku.
Blog ini telah menerbitkan sebanyak 434
tulisan dengan berbagai tema, dengan 8 followers dan pembaca dari berbagai
wilayah. Terima kasih untuk mereka semua. Ibarat celengan, blog ini telah
menyimpan sebanyak 434 lembar uang kertas atau bisa juga dianalogikan sebagai
434 uang logam dengan nilai tak terhingga. Ibarat museum, blog ini merupakan
rumah bagi 434 dokumen pribadi milik seorang manusia yang lahir sebagai aku.
Sungguh, aku akan senang jika dapat mengetahui siapa pembaca setiaku dan yang
paling update atas tulisan-tulisan sederhanaku. Pokoknya, makasih buat mereka
semua.
Oh ya, beberapa kawan sempat mengeluh karena
komentar yang mereka tuliskan tak muncul di blog. Yeah, beberapa komentar
pembaca justru kubaca di email dan memang tidak bisa dibaca di halaman blog.
Sudah kucek dan kucoba perbaiki tapi tetap tidak muncul. Aku tak tahu harus
bagaimana. Aku tidak ahli dalam hal mengutak-atik program. Aku hanya pengguna.
Memang tidak semua tulisanku bisa dibaca di
blog. Tulisan-tulisan yang awalnya hendak kukirimkan pada penerbit masih
tersimpan rapi di kotak pandora-nya di netbook. Ada yang sudah selesai, tapi
90% terhenti begitu saja ditengah jalan. Terkadang aku lupa ide awal, terkadang
bingung bagaimana meneruskan kisah yang ada, dan sebagian besarnya adalah
karena aku merasa belum saatnya menghasilkan tulisan yang diterbitkan oleh
penerbit sehingga aku berhenti di tengah jalan. Arggggh, menyebalkan
sebenarnya. Bikin PR-ku kian menumpuk. Jika kembali pada filosofi bahwa menulis
= menabung, artinya adalah bahwa aku belum bisa mengelola tabunganku dengan
baik.
Well, aku berharap tulisan-tulisan ini akan
menjadi kenangan indah dimasa depan.
Depok, 4 September 2012
No comments:
Post a Comment