![]() |
The Kreutzer Sonata |
Membaca halaman belakang novel Kreutzer
Sonata yang ditulis Leo Tolstoy (1820-1910), sastrawan terbesar Rusia,
membuat keningku berkerut. Aku berpikir lama. Singkatnya melalui novel ini Leo
hendak mengatakan bahwa perempuan lebih berkuasa daripada lelaki. Ah masa sih?
Berdasarkan pengetahuan dan pengalamanku, lelaki masih berkuasa daripada
perempuan. Mengapa demikian? Karena secara umum hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan baik di sektor privat maupun sektor publik berada dibawah kekuasaan
lelaki sebagai tafsir teks kitab suci (agama) dan budaya.
Karena penasaran,
semalaman aku mencoba membaca novel setebal 160 halaman tersebut sembari agak
bingung dengan bahasanya *hm, mungkin karena penerjemahan yang kurang bagus*
dan setting waktu yang melompat-lompat.
Cerita
dalam novel ini diawali oleh tokoh ‘aku’ yang tengah mengamati penumpang kereta
yang masuk dan keluar di gerbong yang ia naiki. Kemudian saat perjalanan
dilanjutkan ia mulai asyik mendengarkan perbincangan antara seorang pengacara,
seorang perempuan, seorang saudagar dan seorang pegawai tentang cinta dan
pernikahan dan hubungan diantara keduanya dalam mempengaruhi kehidupan
perempuan dan laki-laki dalam relasinya sebagai suami-istri.
Tokoh aku tidak
ikut berdiskusi, ia hanya mendengarkan saja dan semakin tertarik dengan obrolan
mereka. Ia duduk berhadapan dengan seorang lelaki yang dianggapnya penggugup
yang terkadang memperlihatkan raut wajah tertarik dengan obrolah tersebut, dan
sesekali menampakkan raut wajah tak senang. Perbincangan tersebut secara umum
memiliki dua kubu dimana si saudagar dan di pegawai menganggap bahwa perempuan
memang sudah seharusnya tunduk dibawah lelaki, sementara si perempuan
menganggap bahwa hal-hal seperti itu sudah kuno dan saatnya perempuan hidup
sejajar dengan lelaki. Sesekali si lelaki penggugup ikut berbicara. Si
pengacara sesekali menjadi penengah diantara mereka meski terkadang ia memiliki
pendapat sendiri.
Sampai pada satu waktu sang pengacara mengatakan bahwa ada
seorang lelaki bernama Posdnicheff yang membunuh istrinya karena cemburu. Yang
lain mengatakan bahwa mereka belum mendengar kisahnya. Si lelaki penggugup
kemudian mengatakan bahwa dirinyalah Posdnicheff.
Setelah
semua orang yang berbincang tentang perempuan dan lelaki dan tentang dirinya
kemudian pergi saat kereta berhenti, Posdnicheff kemudian menawarkan diri untuk
menceritakan kisah hidupnya kepada tokoh ‘aku’ dan mengapa ia membunuh
istrinya. Singkatnya, Posdnicheff adalah lelaki yang telah menghabiskan masa
mudanya untuk melakukan hubungan seks dengan banyak perawan tanpa ikatan
pernikahan sebab ia menganggap bahwa cinta itu semu -atau sebuah penyimpangan perasaan- dan
pernikahan itu merupakan sebuah pengekangan yang telah diatur agama.
Suatu hari
saat ia galau akan hidupnya maka ia memutuskan untuk
berhenti melakukan seks bebas dengan perawan dan mulai memikirkan pernikahan.
Ia memiliki impian ideal dan indah tentang rumah tangga yang akan dibangunnya
dengan seorang perempuan tertentu. Pada suatu pesta dan ia tengah memperhatikan
para perempuan yang berdandan dan bergaun cantik, ia bertemu dengan seorang
perempuan muda yang memikat hatinya dan ia memutuskan untuk menikahi perempuan
tersebut. Ia menganggap bahwa perempuan tersebut adalah tipe ideal sebagaimana
yang ia harapkan untuk menjadi ratu dalam rumah tangga impiannya.
Namun
kemudian ia kecewa. Sejak awal pernikahan mereka selalu terlibat pertengkaran.
Ia merasa mencintai dan sekaligus membenci istrinya yang cantik. Mereka selalu
bertengkar untuk hal-hal sepele. Mereka selalu baikan kemudian bertengkar
kemudian baikan lagi dan bertengkar lagi dan begitu selalu hingga mereka
memiliki enam orang anak. Ia sendiri bingung mengapa istrinya begitu
membencinya dan ia juga begitu membenci istrinya. Suatu waktu ia bertemu dengan
seorang pelatih biola dan kemudian membawanya ke rumahnya dan mengenalkannya
dengan istrinya dan agar istrinya berlatih biola. Saat itu ia merasa benci saat
melihat pelatih biola memandangi istrinya yang cantik dengan pandangan lelaki yang
dipenuhi nafsu.
Beberapa waktu kemudian ia mengadakan makan malam dan meminta
istrinya dan pelatihnya untuk memainkan biola di hadapan para tamu. Ia melihat
bahwa istrinya tersenyum senang pada pelatihnya yang ia merasa benci. Tak lama
setelah itu ia memiliki tugas ke luar daerah sementara istrinya akan memainkan
bait-bait The Kreutzer sonata dibalai kota. Setelah istrinya sukses memainkan
The Kreutzer Sonata dan ia harus berangkat untuk urusan pekerjaannya, sang
pelatih berjanji bahwa ia tak akan bertemu dengan istrinya selama ia dalam
perjalanan dinasnya.
Selama
bekerja ia resah dan setelah beberapa hari kemudian ia pulang tanpa memberitahu
istrinya. Saat ia tiba di rumah ia mengetahui bahwa istrinya tengah makan malam
dengan pelatihnya. Saat itu juga ia masuk ke ruang kerjanya dan perasaan
dipenuhi kebencian dan kecemburuan ia meraih belati dan mengejutkan istrinya di
ruang makan.
Ia menganggap bahwa istrinya perempuan pelacur yang berani berduaan dengan lelaki lain saat suaminya tidak dirumah, memikat pelatihnya dengan pesonanya, dimana didalam rumah itu semua anaknya tengah tidur dan para pekerjanya melayani mereka.
Ia menganggap bahwa istrinya perempuan pelacur yang berani berduaan dengan lelaki lain saat suaminya tidak dirumah, memikat pelatihnya dengan pesonanya, dimana didalam rumah itu semua anaknya tengah tidur dan para pekerjanya melayani mereka.
Ia kemudian terlibat baku hantam dengan
istrinya dan menusuk istrinya dengan belati, sedangkan si pelatih melarikan
diri. Saat istrinya sekarat ia menyadari bahwa ia puas sekaligus menyesal bahwa
aura kecantikan istrinya telah hilang akibat berbagai luka dan lebam. Beberapa
hari kemudian istrinya meninggal dunia dan ia dipenjara.
Dalam
kisah ini, tokoh ‘Posdnicheff’ hendak mengatakan bahwa selama ini kita
beranggapan bahwa lelaki lebih berkuasa daripada perempuan, tapi sesungguhnya
itu terbalik. Perempuanlah yang lebih berkuasa daripada lelaki. Perempuan
berkuasa dengan pesona tubuhnya, kecantikannya, gerakannya yang menarik
perhatian dan segala kebutuhan perempuan yang harus dibuat oleh para pekerja
dan dijual oleh para pedagang dan kemudian dibeli oleh para ayah atau suami
untuk perempuan.
Pakaian, aksesoris, alat kecantikan, sepatu dan sebagainya
kebutuhan perempuan menjadi produk yang dikerjakan banyak orang hanya untuk
memenuhi kebutuhan perempuan, agar perempuan cantik, tampil mempesona dan
menggoda. Perempuan selama ini dianggap sebagai objek pemuas nafsu lelaki,
namun sesungguhnya perempuanlah yang telah menundukkan lelaki dengan pesonanya
sehingga si lelaki mau melakukan apa saja untuk si perempuan.
Berpikir,
berpikir, berpikir. Apakah sesederhana itu cara Leo menunjukkan bahwa perempuan
lebih berkuasa daripada lelaki? Atau justru Leo mengajak pembacanya untuk
berpikir panjang mengenai relasi antara perempuan dan lelaki? Atau Leo hendak
mengajak pembacanya berpikir kritis dalam memahami perbedaan dan persamaan
antara perempuan dan lelaki?
Novel
yang terbit pertama kali pada tahun 1889 ini langsung dicekal pemerintah Rusia. Meski demikian, ketenaran novel ini telah menginspirasi banyak karya dibidang
sastra, seni, film, lukisan, musik, dan tari balet di beberapa Negara seperti
Rusia, Eropa, Amerika dan Asia. Lalu apakah benar perempuan lebih berkuasa
daripada lelaki?
Aku
tidak hendak menyatakan mana yang lebih berkuasa daripada yang lain, tapi sejak
membaca novel ini aku banyak berpikir tentang relasi keseharian antara
perempuan dan lelaki dari berbagai sudut pandang. Hal ini pastinya tidak bisa
dijawab dengan singkat, sebab memerlukan pengalaman bertahun-tahun untuk
memahaminya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penilaian mengenai hal
ini, bisa dari faktor agama, budaya, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Setiap
orang dengan pengalaman hidup dan caranya memandang hidup yang berbeda-beda
pastilah memiliki pandangan beragam mengenai makna novel ini.
Kukira
kita perlu berjalan-jalan ke banyak tempat seperti ke pasar, hutan, kebun, mal,
bioskop, kampus, pulau, pabrik, kantor-kantor pemerintahan,
perusahaan-perusahaan, pusat hiburan, kolong jembatan, dan banyak tempat untuk
memahami dan membuktikan secara faktual apakah perempuan lebih berkuasa
daripada lelaki, atau sebaliknya lelaki lebih berkuasa daripada perempuan, atau
justru keduanya tak saling menguasai melainkan dikuasai pihak lain.
Depok, April 2012
Sumber
gambar:
No comments:
Post a Comment