![]() |
Le Grand Voyage |
Selama perjalanan
melintasi Italia, Slovenia, Kroasia, Serbia, dan Bulgaria kemudian menyeberang
ke Turki, Suriah, Yordania, hingga sampai di Arab Saudi dipenuhi pertengkaran
kecil layaknya pertengkaran sehari-hari antara ayah dan anak. Keduanya selalu berbeda pendapat sebagai ciri khas kesenjangan antar generasi. Misalnya ayahnya membuang ponsel (Nokia) Reda ke tong
sampah karena Reda tak fokus menyetir sebab selalu menerima sms. Ternyata itu SMS dari Lisa pacar Reda. Seringkali sang ayah ini bikin Reda mengerem mendadak hingga mobil itu nyaris terjungkal. Atau misalnya karena Reda
tak mau mendengarkan nasehat sang ayah untuk rehat saat mata
Reda merah karena mengantuk dan kelelahan.
Pertengkaran-pertengkaran
kecil selama perjalanan selalu saja terjadi akibat perbedaan berpikir antara keduanya. Ayahnya begitu marah saat Reda terpancing untuk minum alkohol atas
ajakan Mustafa, orang Turki yang menumpang mobil mereka namun menipu mereka
dengan mengambil uang perjalanan mereka di hotel sehingga persediaan uang
mereka menipis. Juga saat Reda bermesraan dengan wanita penghibur di depan
kamar hotel karena ia mabuk. Di sisi lain Reda marah karena ayahnya yang kolot
selalu menghentikan perjalanan semaunya, untuk shalat, mengatur makanan yang
hanya berupa roti, keju dan telur rebus yang menurutnya kekurangan nutrisi.
Juga saat ayahnya memberikan uang pada seorang janda padahal mereka sudah tak
punya uang lagi. Hingga Reda marah besar dan meninggalkan ayahnya di gurun.
Tak
hanya itu, mereka juga banyak mengalami kesulitan selama perjalanan. Mulai dari
perbedaan bahasa, ketiadaan air dan terjebak salju yang membuat ayahnya harus
dirawat di rumah sakit untuk beberapa waktu, hingga kaburnya domba yang akan
mereka sembelih untuk bekal perjalanan. Dalam menghadapi semua itu Reda selalu
saja marah dan berpikir pendek, namun ayahnya tetap tenang.
Aneka kesalahpahaman
kemudian menjadi saling pengertian saat Reda mulai merasa dekat dengan ayahnya,
terutama ketika setiap waktu shalat ayahnya pamitan padanya untuk shalat dan
tak memintanya untuk mengikutinya. Juga saat ayahnya mengembalikan foto Lisa
dan memiliki sejumlah uang di dalam kaos kaki untuk perjalanan pulang, juga
cerita singkat ayahnya mengenai kekagumannya pada kakek Reda dan keinginannya
berhaji sebelum mati.
Pelajaran demi pelajaran hidup mereka temui selama
perjalanan, bagi sang ayah juga bagi si anak. Reda misalnya begitu kagum saat
mengetahui bahwa begitu banyak orang menuju Mekkah untuk berhaji dan ketika
waktu shalat tiba tak ada yang memaksa nya untuk ikut shalat. Setiap orang
berjalan dengan panggilan Tuhan.
Reda kemudian baru
menyadari arti penting ayahnya baginya saat berhari-hari ayahnya tidak pulang
ke kemah sehingga ia harus mencarinya ditengah lautan manusia yang merupakan
jemaah haji dan terjepit diantara mereka, hingga kemudian seorang petugas
mengantarkannya ke kamar mayat. Reda pun menemukan fakta bahwa ayahnya telah
meninggal. Di sinilah hikmah perjalanan panjang mereka menjadi titik balik
kehidupan Reda. Perjalanan Agung ini adalah bukan perjalanan ayahnya, melainkan
perjalanan Reda sendiri. Perjalanan spiritualnya.
Cerita ini merupakan film ini berkisah tentang 'Perjalanan Agung' yaitu berhaji yang dilakukan seorang ayah (Mohamed Najd) atas bantuan putranya, Reda (Nicolas Cazale). Film Islami asal Perancis yang mendapat banyak penghargaan ini, salah satunya Best Debut Film Venice bukanlah film gegap gempita. Melainkan berkisah tentang perjalanan ayah dan anak sejauh 3000 mil dari Perancis ke Saudi Arabia menggunakan mobil (mobil butut warna biru yang pintu kanan depannya berwarna orange). Film ini
mengingatkanku pada kisah Lukman dan putranya yang diabadikan dalam Al-Quran
surah Lukman. Diceritakan bahwa Lukman selalu menasehati anaknya dengan hikmah dan untuk mengambil hikmah dibalik setiap kejadian yang menimpa
mereka. Film yang ringan, tidak banyak dialog, tidak banyak kejutan tapi sangat
memukau. Sangat bagus sebagai media belajar dalam keluarga.
Depok,
19 September 2011
No comments:
Post a Comment