![]() |
Beautiful inside. Sumber: genosteaks.com |
Nanti malam, tepatnya sebelum pukul 12 malam, secara resmi umurku di dunia berkurang sebanyak 26 tahun. Jika jatah hidupku di dunia ini selama 60 tahun maka aku punya waktu sekitar 44 tahun lagi untuk melakukan hal terbaik dalam hidup, sejatinya menjalankan tugas sebagai 'yang diciptakan Sang Pencipta'.
Hm, jatah hidupku kedepan entah berapa tahun lagi,
aku tentu tak bisa memastikannya, sebab angka 44 itu hanya kalkulasi umum usia
manusia di zaman ini. Aku bisa saja berumur panjang atau sebaliknya.
Hari ini, aku ingat petuah-petuah yang
terserak sepanjang perjalanan hidupku, yang sebagiannya pernah kuanggap sebagai
cara untuk mempersempit kebebasanku. Kini, aku harus merenungkan semuanya
kembali layaknya melakukan ritual. Bagaimanapun juga, titik temu antara masa
lampau dan masa depan adalah hal yang sulit, terutama ketika menghadapinya
sendirian. Rasanya seperti menunggu kembang api yang meledak dan berpijar di
malam pergantian tahun Masehi.
Salah satu
orang baik yang kukenal mengatakan padaku bahwa aku harus bersiap manakala
berjalan dalam prinsip hidup yang mungkin tak populer bagi kebanyakan manusia;
aku harus bersiap jika tak ada yang mengamini mimpi-mimpiku sehingga aku harus
mewujudkannya sendirian; aku harus bersiap jika mendapati bahwa kenyataan
mengenai keluargaku tak akan pernah berubah; aku harus bersiap jika ditinggalkan
teman-temanku karena mereka menganggap tak memperoleh keuntungan jika berteman
denganku.
Aku harus bersiap jika tak ada yang mendengarkan pendapatku dan tak
ada yang tertarik atas ide-ideku; aku harus bersiap jika aku ditinggalkan
sendirian manakala semua teman-temanku memilih tinggal dalam dunia mereka yang
nyaman; aku harus siap jika tiba-tiba musibah menimpaku dan tak ada yang
menolongku; aku harus bersiap jika orang yang kupercaya mengkhianatiku dan
menggunjingku; aku harus bersiap jika tidak populer dan ditinggalkan oleh
orang-orang yang pernah kukagumi idealismenya; dan aku harus bersiap dilupakan.
Sulit menerima semua itu, terutama ketika aku
telah berusaha memahami teman-temanku misalnya dan menjadi teman terbaik mereka
semampuku. Juga sulit menerima apa yang menimpa keluargaku manakala aku sangat
membutuhkan mereka, namun kemudian mereka mengatakan padaku bahwa pilihan
terletak ditanganku, dan aku tak bisa menentukan takdir keluargaku. Aku seperti
tak punya harapan lagi, seperti beku, seperti menjadi debu.
Manakala semua itu mengepungku dan
mencekikku, orang baik itu datang lagi dan menghujaniku dengan petuah-petuah
bijak yang menentramkan. Mungkin, katanya, inilah tempaan yang harus kau lalui
untuk menjadi yang terbaik sebagai dirimu sendiri, sebagai bagian dari sebuah
keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Jika teman-temanmu yang sangat kau
sayangi meninggalkanmu karena alasan yang tak bisa kau pahami, lihatlah ke
tempat lain dimana orang-orang menunggumu dan sangat merindukanmu.
Didalam
hidup, lanjutnya, teman akan datang silih berganti yang sebagiannya baik dan
sebagiannya tidak. Tidak semua orang bisa dijadikan teman dan kau harus bersiap
jika di dunia ini kau hanya punya sedikit teman terbaik. Kau mungkin masih
memendam rasa sakit ketika mengetahui teman yang kau sayangi, yang selalu kau
bantu dan yang kau jaga kehormatan dirinya sebagaimana kau jaga kehormatan
dirimu sendiri, meninggalkanmu dalam kondisi kau sedang sangat tak
berdaya dan dia tak pernah kembali setelah mengambil semua keuntungan darimu.
Ingat, Tuhan selalu mengganti yang hilang dengan yang lebih baik. Lihatlah apa
yang kau capai sekarang, bukankah ini lebih baik?
pastikan saja,
potongan-potongan mimpi kembali bersatu
menuntunmu ke dunia baru
ke ruangmu sendiri
pastikan saja,
kau menjalankan tugasmu
dan Tuhan memberikan hadiahNya
juga sebentuk senyum serupa purnama
di penghujung pencarianmu
Benar kata si orang baik, bahwa aku tak bisa
sama dengan siapapun dalam pencapaian apapun. Aku tak harus kecewa manakala
dunia meninggalkanku namun Tuhan dan para kekasihNya memelukku.
Dan
setelah diam selama seminggu, tidak dikunjungi siapapun dan tak mengunjungi
siapapun, aku belajar lebih banyak mengenai ruang untuk diriku sendiri. Aku
belajar bahagia tinggal di dalam benteng bernama rumah, untuk bersiap mencintai
rumah masa depan yang kelak akan kubangun bersama keluarga kecilku. Aku belajar
untuk membangun ruang 'Aku dan Tuhanku', untuk bersiap memahami bahwa Tuhan
adalah sahabat dan tempat bergantung terbaik diantara keramaian manusia.
Aku
belajar untuk tidak bergantung pada teman-temanku, untuk bersiap kehilangan
waktu ceriaku bersama mereka manakala masing-masing dari mereka memiliki dunia
kecil sebagaimana yang kelak kumiliki. Aku merenungi kembali perjalanan hidupku
dan usahaku dalam menembus kesulitan yang seakan tak akan pernah bisa
kupecahkan, untuk memahami bahwa Tuhan selalu menunjukkan jalanNya untukku.
Yang terpenting, untuk semakin memahami bahwa aku tak pernah sendirian. Bahwa
Dia begitu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi.
Oh, aku juga ingat kata bijak, seorang kawan
baik di belahan dunia lain. Katanya, jika tak bisa mengubah situasinya, maka
ubahlah jalannya. Semoga esok, adalah hari baru yang cerah.
dunia, dunia
yang dipayungi awan-awan
dan dihiasi bunga mawar
jadilah wanginya yang menyembuhkan
dunia, dunia
yang dilindungi langit biru
dan dikelilingi lautan dengan riaknya
jadilah bintang, jadilah petunjuk
dunia, dunia
dunia dihatimu yang dipenuhi senyuman
dan jiwa bersih yang diliputi kerelaan
jadilah cahaya bagi dunia
manakala matahari enggan kembali
Jakarta, 13 Mei 2011, 02.39 wib
No comments:
Post a Comment