![]() |
Wedang Secang & Jahe, bukan darah hehehe (photo oleh: Nursifa) |
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang kegiatan Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air. Jadi, di kegiatan itu ada satu tema yang memikat: Revolusi Meja Makan. Wow, canggih bener ya. Revolusi tapi di meja makan? Gimana ceritanya sih? Bukannya revolusi itu sesuatu yang heroik yang berhubungan dengan perjuangan bersenjata, pidato-pidato menggetarkan, kejar mengejar dengan musuh sampai merobek bendera musuh? Ternyata ceritanya begini...
Revolusi Meja Makan sebenarnya tema berat dan akan diulas khusus di tulisan lain. Nah, kali ini pengantar saja saya. Jadi, tema ini bukan sekedar membangun kembali kebanggaan kita akan pangan lokal dan kecintaan menyediakan pangan keluarga di pekarangan rumah, juga soal cara pandang baru terhadap efek buruk dari makanan instan produk industri makanan. Dewasa ini siapa sih yang nggak mau masak pakai bumbu instan biar nggak ribet dna buang-buang waktu? Mulai dari tempe goreng sampai rendang, ada bumbu instan. Pasarnya besar sekali karena langsung menembus dapur seluruh rumah tangga di Indonesia. Para ibu bergembira karena pekerjaan rumah menjadi ringan. Tapi, efeknya mengerikan karena penggunakan MSG berlebihan yang terkandung dalam bumbu instan sangat merugikan kesehatan...
Jadi, dalam kegiatan jambore selama tiga hari tersebut, mulai ditunjukkan bagaimana Revolusi Meja Makan dimulai. Caranya ya penyelenggara menyediakan menu-menu yang beda dari biasanya dan seluruh masakan non-MSG dan pengawet. Semua bumbu diracik sendiri dan bahan-bahan makanan berasal dari area pesantren dan sekitar pesantren. Bahkan, karbohidratnya nggak selalu nasi, meski ya selalu tersedia nasi. Sehingga selama 3 hari penuh kami semua merasakan pengalaman berbeda. "Lidah kami mati rasa..." ujar para peserta dari Kalimantan yang dikenal sangat menyukai apapun jenis bumbu instan dan biasa menggunakannya dalam kadar tinggi dibanding para di pulau lain di Indonesia. Lidah para peserta mengecap rasa berbeda dari menu-menu full rempah dan non MSG. Hahaha, kena Revolusi Meja makan dong kami semua....
Mau tahu kan siapa saja yang ada dibalik semua menu kece dna kekinian di pesantren yang bikin ratusan orang membelalak heran? Ada teh Nunung dan Nursifa, santrai andalan pesantren yang sudah ngelotok kering soal pelajaran di pesantren. Bahkan santri putra yang tergolong anak-anak pun ikut serta. Tugas mereka adalah masak air panas dan menanak nasi di tungku kayu di dekat kolam ikan. Nah, ini dia mereka semua...
![]() |
Telur Dadar Daun Pegagan. |
![]() |
Ini dia penampakan menu keren itu... |
![]() |
Nursifa saat menyiapkan bahan Tahu Bunting |
![]() |
Lapak makanan yang rame sekaliiiiii |
Menggemaskan...
Bikin pingin ketawa...
Tapi terharu juga...
![]() |
Nursifa nyuwir ayam rebus, Bang oji bikin chop bawang putih dan aku jadi mandor setelah selesai motong daun bawang dan sawi buat bahan bihun goreng ala bang Oji |
![]() |
Bang Oji dan kak Eva Bande |
![]() |
Bihun goreng buatan peneliti dan akademisi tersohor, bang Nur Fauzi Rahman |
![]() |
Kombucha yang segar menggoda... |
![]() |
Kalau ini sih tim kampanye Kabocha. Teh minuman fermentasi buah dan bunga yang sedapppp |
Terima kasuh sudah membaca tulisan ini...
Semoga harimu menyenangkan...
Lampung, Nopember 2017
No comments:
Post a Comment