Sempat
pulang kampung selama seminggu, diundang untuk menjadi 'kakak' inspirator bagi
adik-adik kelas yang sebentar lagi akan menempuh ujian nasional dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Hari itu, 19 Februari 2014, aku dan
seorang adik kelasku ngoceh-bau didepan ratusan siswa kelas 3 yang lagi 'galau'
dalam menentukan masa depan setelah mereka lulus sekolah. Selain membuat
presentasi tentang pengalamanku setelah lulus SMU tahun 2003 lalu, aku juga
menghadirkan sebuah film bagi mereka yang kuanggap relevan dengan kebutuhan
mereka untuk belajar dewasa dan meluaskan cara pandang akan kehidupan.
Hari itu,
aku bertemu dengan beberapa guru yang kupikir usia mereka tak beranjak dari
ketika mereka mendidikku sebelas tahun lalu. Kami bersenda gurau dan bercerita
tentang banyak hal yang banyak berubah. Bukan hanya suasana sekolah yang
berubah, juga tentang minat para siswa.
Permasalahan
terbesar yang biasanya dihadapi para siswa adalah kondisi ekonomi keluarga
mereka. Untuk masuk ke perguruan tinggi diperlukan biaya yang tidak sedikit,
dan sebagaimana aku dulu, aku begitu buta akan aneka beasiswa yang sesungguhnya
berserakan. Hari itu, aku memberi tahu mereka bahwa kondisi ekonomi keluarga
yang lemah bukan penghalang bagi mereka untuk terus melanjutkan pendidikan.
Sebab, orang-orang sukses di negeri ini bukanlah mereka yang lahir dari
keluarga kaya, melainkan keluarga sederhana dan mereka berjuang untuk
maju.
Semoga
mereka mau memperjuangkan hak mereka untuk sekolah setinggi-tingginya dan
menggunakan berbagai kesempatan untuk maju dengan sebaik-baiknya. Kemiskinan
dan segala rintangan bukanlah perkara yang harus dijauhi, melainkan dilawan
untuk bisa menang. Kuceritakan pada mereka, bahwa selepas SMU, aku kuliah
dengan beasiswa dari kampus, dan melanjutkan S2 dengan beasiswa internasional
yang kemudian membawaku sampai ke Amerika. Aku ingin mereka melihatku sebagai
model atas sikap berani dan tak pantang menyerah, sebab aku tahu betul perih
dan sakitnya memperjuangkan pendidikan tinggi. Aku mau mereka mengikuti jejakku
dan bersiap menjadi penerus bangsa.
Sebab bagiku, mereka yang miskin lah yang harus berpendidikan. Hanya pendidikanlah yang bisa mengubah hal mustahil menjadi mungkin.
Bandar
Lampung, 12 Maret 2014
No comments:
Post a Comment