![]() |
Bendera Amerika Serikat dan Negara Bagian Arkansas berkibar megah. |
Dunia
dan segala isinya memang harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Bisa dari
kacamata burung, kacamata kuda, bahkan kacamata cacing. Mungkin, dengan
mengirimku ke Amerika, Tuhan ingin aku melihat dengan kacamata burung. Anggap
saja burung pipit si pemakan biji-bijian, bahwa banyak hal yang bisa dipelajari
di Amerika dan bahwa tak semua orang Amerika itu jahat.
Saat
berlibur ke Little Rock, ibukota negara bagian Arkansas, aku dan kawan-kawanku
berkunjung ke William J. Clinton
Presidential Library and Museum. Menurut Alannah, koordinator kami progam kami,
pembangunan museum tersebut benar-benar telah mengubah satu lingkungan kumuh
dan jorok di tepi Arkansas River menjadi kawasan pendidikan dan wisata yang
fantastis. Hari itu, 1 Desember 2012, merupakan peringatan Hari HIV-AIDS
sedunia. Di halaman yang sangat luas terbentang kain-kain serupa baliho -yang
sebagiannya buatan tangan- dalam ukuran super jumbo. Didalamnya ditulis nama-nama
orang-orang Arkansas yang meninggal karena HIV-AIDS beserta photo, benda
kesayangan, catatan prestasi dan surat dari keluarga mereka. Ada juga seorang
relawan yang berdiri di podium yang seharian membacakan nama-nama tersebut.
Saat
itu langit cerah. Disisi lain lapangan berumput yang luas itu tampak
orang-orang berkumpul untuk menyaksikan peserta lomba lari jarak dekat.
Lucunya, ada peserta lomba yang membawa serta anjing peliharaan mereka, sampai
membawa kekasih mereka yang sakit dan duduk dikursi roda. Sungai Arkansas yang
besar, bersih dan dalam itu benar-benar saksi bahwa masyarakat telah berubah,
tak lagi jorok, tapi sangat mencintai lingkungan.
Dengan
tiket masuk seharga USD 7 atau sekitar Rp. 6.600, kami melakukan tur keliling
museum yang megah. Museum berlantai tiga tersebut benar-benar modern, megah dan
kaya. Di lantai dasar, kami dapat melihat mobil yang digunakan Bill Clinton
saat menjabat sebagai Presiden AS. Di lantai dua, kami masuk ke sebuah bioskop
kecil dan kami menonton film dokumenter mengenai perjalanan hidup Bill Clinton
mulai dari masa kanak-kanak, mahasiswa yang kritis, hingga perjalanan karir
politiknya mulai dari anggota senat hingga Presiden AS. Bagi Arkansas, Bill
Clinton adalah pahlawan. Ia telah melakukan banyak reformasi di bidang
pelayanan publik.
![]() |
Salah satu ruangan didalam museum yang merupakan imitasi ruang rapat presiden Clinton di Gedung Putih. Teman-temanku berphoto disini dengan gembira. |
Museum
yang megah itu berisi benda-benda unik, artistik dan berasal dari berbagai
negara. Setiap benda, dokumen, berita dan photo ditempatkan di masing-masing
segmen berdasarkan tahun. Semua benda, berita dan photo selama pemerintahan
Bill Clinton dipindahkan ke museum tersebut. Konsep modern dan megah yang sungguh
menarik. Setiap pengunjung bukan saja memperoleh informasi mengenai masa
kepemimpinan Clinton sebagai presiden AS, juga dimanjakan benda-benda unik dari
berbagai negara yang dihadiahkan kepada Clinton dan istrinya, Hillary. Bagi
Arkansas, Bill Clinton adalah pahlawan.
Misalnya,
pengunjung bisa melihat langsung berita yang disiarkan pada masa pemeritahan
Clinton, pakaian yang digunakan Clinton dan Hillary dalam sebuah jamuan
kenegaraan, hingga meja makan dan pernak-perniknya yang biasa digunakan menjamu
tamu internasional di Gedung Putih. Hm, konsep menarik museum tersebut
benar-benar ingin menyuguhkan ‘hidangan’ tentang betapa hebatnya Amerika,
betapa segala hal bisa diberikan negara kepada rakyatnya. Segala hal yang
seharusnya menjadi milik pribadi keluarga Clinton, yang bisa mereka simpan di
rumah pribadi mereka, disuguhkan kepada publik.
Di
lantai empat museum tersebut berdiri bangunan kecil yang merupakan apartemen
pribadi Clinton. Menurut Alannah, tidak seorangpun diijinkan masuk ke apartemen
tersebut selain Clinton dan orang-orang kepercayaannya. Di tempat itulah
biasanya Clinton bekerja untuk mengurusi yayasannya dan berbagai proyek
internasionalnya. Dari kejauhan bisa kulihat betapa apartemen kecil itu
dikelilingi tumbuhan yang daunnya mulai berguguran.
Disamping
bangunan megah dan unik yang disebut Green
Building tersebut, berdiri bangunan berwarna merah yang merupakan bangunan
Clinton Foundation. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan tersebut
memberikan beasiswa kepada para mahasiswa di berbagai negara miskin dan
berkembang, khusus untuk bidang kesehatan. Sementara ditempat lain yang
lokasinya tak jauh dari museum, ada sebuah toko yang menjual berbagai benda
bertuliskan ‘Clinton Foundation’.
Benda-benda yang dijual di tempat tersebut termasuk sangat mahal.
![]() |
Aku dan teman-temanku di depan bangunan William J Clinton Presidential Museum (Doc: Alannah Massey, 2012) |
Setelah
puas tur berkeliling museum, kami mengunjungi Heifer Village yang lokasinya
hanya beberapa puluh meter disamping Clinton Museum, yang juga berlokasi di
dekat Arkansas River. Heifer Village merupakan kompleks yang terdiri atas kantor
pusat organisasi internasional Heifer, museum, Heifer Shop dan kebun percontohan. Saat itu, sedang ada demo dari
para pekerja dan relawan mengenai pentingnya memelihara hewan ternak.
Heifer merupakan NGO internasional yang bergerak dibidang ‘eliminasi kelaparan’ melalui program pemberdayaan masyarakat di negara-negara miskin dan berkembang dengan memanfaatkan hewan ternak. “If you raise some cow, you will get fresh milk. You can sell the milk and get money for pay your children education or for you family consumption.” Ujar seorang relawan.” Indonesia is our partner. Are you worked with Heifer in Indonesia?” Tanya relawan tersebut saat aku bilang berasal dari Indonesia. Sebagai negara berkembang dan merupakan worksite Heifer, Indonesia tentu familiar baginya.
Heifer merupakan NGO internasional yang bergerak dibidang ‘eliminasi kelaparan’ melalui program pemberdayaan masyarakat di negara-negara miskin dan berkembang dengan memanfaatkan hewan ternak. “If you raise some cow, you will get fresh milk. You can sell the milk and get money for pay your children education or for you family consumption.” Ujar seorang relawan.” Indonesia is our partner. Are you worked with Heifer in Indonesia?” Tanya relawan tersebut saat aku bilang berasal dari Indonesia. Sebagai negara berkembang dan merupakan worksite Heifer, Indonesia tentu familiar baginya.
“No. I worked at Friend of the
Earth Indonesia. But, I have some friends who worked at Heifer. Some of local
NGOs in Indonesia also having collaboration with Heifer for some projects,” Jawabku. Lalu kami berbincang-bincang
mengenai aneka hewan ternak yang sedang dibelai-belai para pengunjung, mulai
dari ayam, kelinci, dan kambing. Di tempat itu pula ada peragaan khusus ternak
lebah madu, serta pohon donasi.
Dibagian
belakang gedung, ada kebun percontohan, irigasi buatan hingga kawasan
percontohan pemanfaatan wetland area/
kawasan berawa. Benar-benar kawan pendidikan dan wisata edukasi yang cerdas. Hal
yang paling menarik di kawan itu adalah kantor pusat Heifer yang menurut
Alannah merupakan bangunan berwawasan lingkungan. Arsitektur bangunan tersebut
dirancang untuk bertahan dari badai dan cuaca buruk yang seringkali melanda
Arkansas. Juga, menggunakan energi matahari untuk listrik.
Aku
tak pernah berencana datang ke tempat-tempat warisan Clinton maupun Heifer Village,
membayangkan pun tak pernah. Tapi, lihatlah, Tuhan menuntunku ke tempat-tempat
itu. Benar saja, aku belajar mengenai banyak hal. Kita mungkin membenci
pemerintah Amerika yang arogan dan penindas bangsa lain melalui kedok sebagai
pencipta perdamaian antarbangsa. Tapi, sesungguhnya orang-orang Amerika adalah
orang-orang yang hangat dan murah hati. Mereka juga pekerja keras dan sangat
disiplin. Tuhan sedang mengajariku tentang cara melihat dari sudut pandang yang
lain mengenai Amerika dan orang Amerika. Sebagaimana terdapat di seluruh dunia,
hal-hal yang baik begitu mudah ditemui di Amerika. Pelajaran terpenting dari
kunjunganku ke beberapa tempat tersebut adalah; tanamlah kebaikan, wariskan
kebaikan, maka kelak kita akan melihat hasil yang menakjubkan.
![]() |
Berpose di depan Heifer Village yang bikin berdecak kagum (Doc; Alannah) |
0 comments:
Post a Comment